Senin, 15 Oktober 2012

Perjalanan Akbar Ras Adam (Sebuah Interpretasi Baru Al-Qur’an dan Sains)


BAGIAN 1
PENDAHULUAN
A.      IDENTITAS BUKU
1.      Judul Buku      : Perjalanan Akbar Ras Adam (Sebuah Interpretasi Baru Al-Qur’an dan Sains)
2.      Penulis             : IR. Agus Haryo Sudarmojo
3.      Penerbit           : Mizania, Bandung
4.      Cetakan           : Pertama, September 2009
5.      Halaman          : 240 hal.

B.       BIOGRAFI SINGKAT PENULIS
Penulis Buku Perjalanan Akbar Ras Adam (Sebuah Interpretasi baru Al-Qur’an dan Sains) yang penyaji Review adalah IR. Agus Haryo Sudarmojo. Penulis Buku ini dilahirkan di Jakarta pada 31 Juli 1964, adalah putra keempat dari seorang ayah bernama Agus Sudono (mantan Wakil Ketua DPA RI). Dia menikah dengan Sri Retno Handayani, seorang arsitek, dan dikaruniai tiga orang anak yang bernama: Banyubening PS, bramaseta J dan Ganang Wirahbumi N.
Dia adalah seorang ahli geologi lulusan Universitas Trisakti, dan seorang pengusaha di bidang agroindustri. Dia pun pernah menjadi dosen selama tujuh tahun di universitasnya.
Dia bukanlah seorang ahli agama. Selain kegemarannya mengupas makna-makna yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits, ia juga senang mendekat pada alam dengan cara besepeda, berkemah, dan berenang, demi cintanya kepada sang kekasih yang menciptakan alam raya ini.
Buku pertamanya tentang Menyibak Rahasia Sains Bumi dalam Al Qur’an, dan kedua tentang Perjalanan Akbar Ras Adam di Planet Bumi, dan akan disambung dengan buku-buku yang lainnya demi syiar Islam. Kini kesehariannya tetap sebagai seorang ayah yang sederhana, dekat dengan karyawan dan petani dalam mengembangkan bisnisnya.


C.      SISTEMATIKA UMUM BUKU
Sistematika penulisan buku ini tidak memakai sistem BAB tetapi memakai sistem pokok bahasan. Runutan tulisan dalam buku ini menjelaskan hubungan antara ilmu dunia dan ilmu akhirat. Dalam penyajiannya pokok-pokok bahasan tersebut mayoritas berupa pertanyaan yang dipakai sebagai judul-judul dalam buku. Pembaca seolah diarahkan ke dalam pertanyaan-pertanyaan tersebut sebelum memasuki rincian tulisan.  
Berikut pokok-pokok bahasan yang diangkat dalam buku ini:
1)        Gugurnya Teori Evolusi Darwin
2)        Ras Adam a.s. dan Makhluk yang serupa di Planet Bumi
3)        Benarkah Adam a.s. dan Siti Hawa nenekk Moyang Umat Manusia?
4)        Bila Kita Berasala dari Satu Ibu, Mengapa Kita Berbeda Warna Kulit Antarbangsa di Dunia?
5)        Bagaimana Mekanisme Penciptaan Adam a.s. Sebagai manusia Pertama?
6)        Apakah Nabi Adam a.s. Dilahirkan?
7)        Apakah “Jannah” Adam Jauh dari Planet Bumi?
8)        Pengertian Jannah dalam Al-Qur’an
9)        Terminologi Bahasa yang Digunakan oleh Allah SWT.?
10)    Unsur Tubuhnya Mirip dengan Debu Ledakan Bintang di langit?
11)    Pengertian Manusia (Ras Adam) dalam Al-Qur’an
12)    Hubungan Al-Basyar, Al-Insan, Al-Ins, An-Nas, Al-Unas, dan Bani Adam, dengan Makhluk serupa Ras Adam a.s.?
13)    Kelemahan Ras Adam a.s. (Homo sapiens sapiens) menurut Al-Qur’an
14)    Apakah Alam Jagat Raya ini Diciptakan Hanya untuk Ras Adam?

BAGIAN 2
POKOK-POKOK ISI BUKU
A.    Gugurnya Teori Evolusi Darwin
Teori evolusi merupakan buah filsafat materialistis yang muncul bersamaan dengan kebangkitan filsafat-filsafat materialistis kuno dan kemudian menyebar luas di abad ke-19. Karena hanya melihat sisi materi saja maka menurut pandangan ini segala sesuatu, hidup ataupun tak hidup, muncul tidak melalui penciptaan, tetapi dari sebuah peristiwa kebetulan yang kemudian mencapai kondisi teratur. Teori Evolusi sendiri mengemukakan bahwa manusia dan aneka spesies yang hidup tidak diciptakan secara terpisah, tetapi berasala dari nenek moyang yang sama dan menjadi berbeda satu sama lainnya akibat kondisi alam. Perubahan evolusi ini berlangsung sedikit-demi sedikit dalam jangka waktu jutaan miliar tahun. Itulah teori evolusi yan gdikemukakan oleh pencetusnya yaitu Charles Robert Darwin.
Kita dapat menguji keabsahan teori evolusi dengan tiga pertanyaan dasar.
1.      Bagaimana sel hidup pertama muncul ketika Planet Bumi masih primitif?
Pertanyaan tentann gmunculnya “sel pertama” adalah persoalan sulit yang paling mematikan bagi pendukung teori evolusi. Hasil berbagai penelitian yang berkenaan dengan hal ini menunjukkan bahwa kemunculan sel pertama tidak dapat dijelaskan oleh konsep “kebetulan”.
2.      Bagaimana satu spesies dapat berubah menjadi spesies lain?
Seluruh penelitian yang telah dilakukan dan berkaitan dengan masalah ini menunjukkan bahwa kedua mekanisme (mutasi dan seleksi alam) tidak memiliki pengaruh evolusioner yang demikian. Colin Patterson, seorang ahli paleontologi senior Museum natural History di London, menekankan fakta ini: Tak ada yang pernah menghasilkan satu spesies melalui mekanisme seleksi alam. Tidak seorang pun hampir pernah menghasilkannya dan kebanyakan debat neo-Darwinisme sekarang adalah seputar masalah ini.

3.      Adakah bukti dalam catatan fosil bahwa makhluk hidup memang melalui proses seperti itu?
Fosil menunjukkan bahwa makhluk hidup tidaklah muncul sebagai akibat proses evolusi. Makhluk hidup muncul secara tiba-tiba, sebagai hasil “rancangan” yang sempurna. Semua fosil yang telah ditemukan menegaskan hal ini. Ada celah-celah dalam catatan fosil yaitu meloncat-loncat. Artinya catatan fosil menegaskan tidak adanya percabangan makhluk hidup.
Makhluk hidup tidak berevolusi dari bentuk primitif ke bentuk yang lebih maju, tetapi muncul secara tiba-tiba dan dalam keadaan sempurna. Ringkasnya, makhluk hidup tidak mncul melalui evolusi, tetapi diciptakan.
Allah SWT menegaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Nahl:13:
“Dan dia (menundukan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan berlain-lain macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran”.(QS Al Nahl: 13).

B.     Ras Adam a.s. dan Makhluk yang serupa di Planet Bumi
Berdasarkan data-data paleonologi (ilmu kajo fosil), kenyataannya makhluk-makhluk yang menyerupai kita tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Sahelanthropus Tohadensis (7 juta tahun lalu),
2.      Austroliphitecus Aferensis (3,5 juta tahun lalu),
3.      Paranthropus Boisei (2 juta tahun lalu),
4.      Homo Habilis (2 juta tahun lalu),
5.      Homo Ergaster (1,5 juta tahun lalu),
6.      Homo Erectus, Homo Heidelbergenensis (500-140 ribu tahun lalu),
7.      Homo Neandertal (400-30 ribu tahun lalu),
8.      Serta 12 spesies lainnya.
Dan kenyataan bahwa hanya dengan kurun waktu 140-150 ribu tahun makhluk Homo sapiens sapiens atau Modern Human Being atau ras Adam menguasai Planet Bumi, kita telah dapat mengembangkan teknologi mutakhir dari membuat mikro-chip, pesawat supersonik, hingga teknologi ruang angkasa dan lain-lain. Yang semuanya tidak dapat dilakukan oleh makhluk serupa ras Adam sebelumnya, padahal mereka sudah menguasai bumi selama ratusan hingga jutaan tahun.
     Kesimpulannya kita adalah bukan makhluk “serupa manusia” pertama tetapi kita adalah makhluk manusia sempurna pertama dan akhir yang sesungguhnya diciptakan oleh Allah SWT di Planet Bumi, yaitu Nabi Adam a.s. sebagai bagian makhluk Homo sapiens sapiens, untuk menjadi khalifah di antara semua makhluk yang ada.
Allah SWT dalam QS Al-Qamar berfirman:
“Dan sesungguhnya telah Kami binasakan orang yang serupa dengan kamu. Maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran? (QS Al-Qamar: 51).

C.    Benarkah Adam a.s. dan Siti Hawa nenek Moyang Umat Manusia?
Ahli-ahli genetika dan antropologi telah menyimpulkan secara bersama bahwa bukti-bukti ilmiah menunjukkan ras Adam sebagai manusia moder (Homo sapiens sapiens) berasala dari populasi kecil di Afrika dan kemudian bermigrasi dari sana ke seluruh muka bumi. Inilah yang disebut Teori “OUT OF AFRICA”.
Bukti situs di Meadowcroft bersama data situs lainnya di Amerika Utara membuktikan bahwa tidak ada migrasi tunggal yang dilakukan manusia modern dari Afrika ke dunia baru, seperti yang telah dipercayai selama dua dekade ini. Tetapi sesungguhnya yang terjadi adalah beberapa pergerakan (Migrasi) yang dilakukan manusia modern untuk menemukan dunia baru diluar Afrika, seperti perjalanan ke Amerika ini.
Pada tahun 1996 dilakukan penelitian, pertemuan seorang wanita Amerika keturunan Yunani dengan seorang pria Indian asli Amerika. Setelah di tes mitokondria DNA-nya (Mt DNA) masing-masing, kemudian dilacak garis keturunannya, ternyata mereka adalah keturunan dari nenek moyang yang sama datang dari arah utara menyeberangi daerah Beringia yang dulu masih merupakan “Jembatan Daratan” antara Rusia dan Amerika, yaitu sekitar 30.000 tahun lalu.
Dari penjabaran diatas maka telah disimpulkan bahwa semua manusia modern diwariskan “Mt-DNA”-nya dari satu orang wanita dari Afrika, yang memungkinkan disebut olehnya sebagai “Mt-DNA Eve” atau mitokondria Siti Hawa. Sehingga manusia di masa kini dapat melacak jejak nenek moyangnya hingga menuju kepada 1 orang wanita di Afrika. Begitu canggihnya ilmu Genetika sehingga kita dapat mengetahui bahwa beberapa puluh ribu tahun lalu nenek moyang kita pernah melintasi pegunungan, gurun pasir seta menyeberangi lautan hingga tiba di tempat kita saat ini.
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Hujurat:13 sebagai berikut:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.........” (QS. Al-Hujurat:13).

D.    Bila Kita Berasal dari Satu Ibu, Mengapa Kita Berbeda Warna Kulit Antarbangsa di Dunia?
Prof. Neil Champlansky melakukan penelitian mengenai evolusi warna kulit seorang, secara tak sengaja menemukan jawabannya. Ia membuktikan adanya hubungan yang sangat dekat antara radiasi sinar matahari dengan molekul biologis yang disebut “Folic acid’ atau asam folic dalam tubuh manusia.
Kehadiran asam folic adalah hal terpenting bagi perkembangan embrio dan perkembangan warna kulit pada manusia. Sehingga nenek moyang kita di Afrika berkulit hitam karena harus melindungi keselamatan tubuh mereka dari radiasi ultraviolet (UV) yang sangat tinggi di benua tersebut.
Melihat pola pigmentasi kulit manusia di seluruh dunia maka dapat disimpulkan bahwa seorang berkulit gelap di daerah tropis yang memiliki radiasi UV tinggi, bila bermigrasi ke utara ke daerah dingin yang memiliki radiasi UV rendah maka kulit mereka akan berubah dari gelap/hitam menjadi putih/terang pada keturunannya setelah 20.000 tahun menetap secara turun-temurun di sana.
Jadi sesungguhnya, semua manusia moder itu di balik kulitnya yang berwarna warni adalah sama. DNA kita menunjukkan bahwa kita berasal dari kelompok gen yang sama, jika kita melihat DNA sendiri, kita semua: orang Australia, Afrika, Erofa ditemukan mitokondria (Mt-DNA) yang sama dalam diri kita semua.
     Allah SWT berfirman dala QS. Al Rum ayat 22:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lain bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui. (QS. Al-Ruum: 22).

E.     Bagaimana Mekanisme Penciptaan Adam a.s. Sebagai manusia Pertama?
Mekanisme penciptaan Nabi Adam jika merunut dari QS. Al Hijr ayat 26:
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk”.
Dari ayat diatas menerangkan bahwa Adam bukan berasal dari makhluk sebelumnya (dilahirkan seperti manusia biasa) karena memang belum ada makhlukyang sempurna akalnya. Adam tercipta lebih dahulu tanpa orang tua, Manusia Nonparental. Isa tercipta tanpa ayah. Manusia Monoparental, kita adalah manusia Biparental: hadir ke dunia melalui ayah dan ibu. 

F.     Apakah Nabi Adam a.s. Dilahirkan?
Nabi Adam a.s. diciptakan dengan tidak ada keterlibatan makhluk lain, dengan kata lain Nabi Adam a.s. tidak dilahirkan, seperti manusia pada umumnya lewat rahim seorang ibu serta melibatkan makhluk malaikat dan orangtuanya.
Bila kita harus melirik dari sisi Sains maka Allah SWt berfirman dalam QS. Al-Sajdah ayat 7-8:
“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadika keturunannya dari sari pati air yang hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya ruh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati. (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (QS. Al-Sajdah: 7-8).
Oleh karena itu, sangat jelas buktinya firman Allah SWT bahwa pertama kali manusia diciptakan tidak ada keterlibatan makhluk lain, dengan kata lain, Nabi Adam a.s. tidak dilahirkan, seperti manusia umumnya lewat rahim seorang ibu yang melibatkan makhluk malaikat dan orang tuanya. Hal ini menyiratkan bahwa proses kehadiran Adam a.s. bukan sebuah proses evolusi, melainkan adalah sebuah proses penciptaan secara langsung dari Allah SWT.

G.    Apakah “Jannah” Adam Jauh dari Planet Bumi?
Dalam Al Qur’an terbitan Depag RI Jannah diterjemahkan sebagai surga, dalam bahasa Persia disebut “Paridesa” yang berarti “taman tertutup”, dan dalam bahasa Ingris diterjemahkan sebagai “Paradise”. Sedangkan Jannah dalam Bahsa Ibrani diartikan “Eden” yang mempunyai arti “tanah kosong/padang luas”. Jadi secara keseluruhan disebut “taman tertutup yang indah di atas padang luas”, yaitu tempat Nabi Adam a.s dan Hawa bermukim di muka bumi ini.
Menurut penelitian arkeologi dan citra satelit dari posisi Geografis dan data-data yang ada, ditambah dengan data-data dalam Kitab Injil (Bibel), sangat jelas kemungkinannya bahwa penciptaan Nabi Adam a.s. dan Hawa adalah di muka bumi ini, yaitu di suatu tempat yang merupakan sebuah taman diatas dataran hijau, yang dikelilingi oleh perbukitan sehingga tertutup. Tepatnya adalah sekitar daeerah lembah Tabrizh, kaki kubah vulkanik yang disebut Gunung (Kuh-e) Sahand, Azerbaijan Timur.
Daerah tersebut dibatasi di sebelah selatan oleh dataran Mesopotamia yang kini disebut Irak, sebelah barat dibatasi wilayah Turki (Danau Urmia: Selatan Gunung Ararat), di sebelah tenggara dibatasi oleh pegunugnan Zagros Iran pada saat ini.

H.    Pengertian Jannah dalam Al-Qur’an
Kata al-Jannah dalam Al-Qur’an dijumpai sebanyak 143 kali pada berbagai surat, baik dalam bentuk kata tunggal maupun dalam bentuk kata dua ataupun dalam bentuk kata banyak.
Bila kata Jannah itu dikaitkan dengan kata lain di belakangnya seperti berikut:
1.    Jannatu-Adnin yang bermakna Surga Eden (Indah dan luas): QS An-Nahl (16): 31, Al-Kahfi (18): 31 dll.
2.    Jannatu-Na’im yang bermakna Surga Penuh Nikmat: QS Al-Hajj (22): 56, QS. Lukman (31): 8, dll,
3.    Jannatul-Khuldi yang bermakan surga Hidup kekal: QS Al-Furqan (25):15,
4.    Jannatul Mkawa yang bermakan Surga penuh Tentram: QS Al-Najm (53):15, QS Al-Sajdah (32):19, dll,
5.    Jannatul Firdaus yang bermakna Surga Firdaus: QS Al-Mu’minun (23):11.
Maka sudah jelas bahwa “Jannah” tersebut diatas sudah pasti bermakan surga yang telah dijanjikan Allah bagi setiap mukmin yang melakukan amal kebajikan sepanjang hidupnya. Bila kata al-jannah itu berdiri sendiri, tanpa ada kaitann\ dengan kata lain dibelakangnya, maka kata al-jannah itu :Tidak Harus” dimaknakan Surga. Hal ini disebabkan kata al-Jannah dalam bahasa Arab, bisa digunakan untuk salah satu dari tiga arti, yaitu: Kebun, Taman, maupun Surga itu sendiri.
Sedangkan dalam setiap kisah Adam dalam kitab suci Al Qur’an Cuma dipergunakan kata al-Jannah tanpa diikuti dengan kata lain dibelakangnya, artinya “Jannah”-nya Adam a.s. dipastikan berbeda dengan “Jannah”-nya orang Mukmin yang pasti dapat dimaknai Surga. Dengan kata lain “jannah” nya Adam a.s. adalah hanya sebuah kebun atau taman yang serba tercukupi di Planet Bumi.
Kenyataannya isi godaan setan terhadap Adam dan istrinya, seperti yang telah dinyatakan dalam Surah Thaa-Haa yang berbunyi:
“Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata,”Hai Adam, maukah sya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?” Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu tampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) Taman (Surga), dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia. (QS Tha Ha: 120-121).
Tampak dari ayat tersebut, jika memang Adam dan istrinya itu disiptakan di surga dan sudah berada di surga (Jannatul Khuldi=Taman Hidup Kekal), artinya pada saat itu hidup kekal sudah menjadi biasa saja, kenyataannya bahwa Adam dan istrinya, Hawa, masih tergoda dengan godaan untuk mendapatkan hidup kekal, artinya keadaan saat itu hidup kekal adalah hal yang istimewa bagi Adam dan istrinya. Dengan kata lain, keduanya tidak berada di Taman Hidup Kekal alias Jannatul Khuldi. Tetapi hanya di sebuah kebun/taman yang serba tercukupi di Planet Bumi.

I.       Terminologi Bahasa yang Digunakan oleh Allah SWT.?
Allah SWT. Ketika menyuruh Nabi Adam dan lainnya tidak menggunakan kata dasar “Inzal”, yang mempunyai pengertian “turun” secara fisik jauh, seperti tersebut pada ayat QS Al-Hadiid: 25, QS Al-Nahl: 65 (ketika menurunkan besi dan air rai ruang angkasa). Allah SWT. Menggunakan lafadz “ihbith/ihbithuw/ihbithaa” (QS Al-A’raaf”:24, Al-Baqarah:35-36), yang artinya juga “turun/lengser” (secara fisik tidak jauh), berangkatlah, pergilah atau keluarlah.
Artinya kata “Ihbith” disebut oleh Al-Qur’an dengan arti “turun”, tetapi dengan jarak yang relatif dekat atau dalam pengertian masih dalam jarak pandang mata manusia. Allah SWT. ketika menyuruh turun Nabi Adam dan lainnya tidak menggunakan kata dasar “Inzal”, yang mempunyai pengertian “turun” secara fisik jauh.
Jadi, ketika Adam bertindak “melanggar perintah Ilahi” dan pada saat setan bertindak “menggoda supaya melanggar perintah Ilahi”, kata “ihbhitu” dapat bermakna “enyahlah/menyingkirlah” atau bermakna “turun” dalam jarak yang dekat dari dataran tinggi ke dataran rendah paling jauh, seperti bunyi QS Al A’raf: 24 Allah berfirman sebagai berikut:
“Turunlah (ihbithu) kamu sekalian, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan”.(QS Al-A’raf:24).
Jelas bahwa makna kata ihbithu tidak dapat diartikan “turun” dalam jarak jauh. Sehingga dapat dimaknai bahwa tempat “Jannah”-nya Adam yang bermakna taman atau kebun, tidak berada di luar planet Bumi, tetapi berada di Planet bumi yang penuh berkah.

J.      Unsur Tubuhnya Mirip dengan Debu Ledakan Bintang di langit?
Al-Qur’an mengatakan bahwa kita (manusia) sebagai Ras Adam diciptakan Allah SWT. dari berbagai macam jenis tanah dan air di Planet Bumi, bagaimana sains dapat menjelaskan hal ini?
Sebagaimana diketahui secara sains bahwa tubuh kita 65%-90% memang terdiri atas molekul air (H2O). Kandungan air dalam organ manusia diketahui sebagai berikut:
Tubuh: 65%, Otak: 74,5%, Otot: 75,6%, darah: 83%, Ginjal:82,7%, Tulang: 22%.
Unsur tubuh kita juga didominasi oleh oksigen dan karbon sebagai molekul dasar organik dalam tubuh sehingga hampir 99% dari seluruh tubuh kita memang tersusun dari 6 unsur dominan seperti: oksigen, karbon, hidrogen, nitrogen, kalsium, fosfor. Detailnya sebagai berikut:
Oksigen: 65%, Karbon: 18%, Hidrogen: 10%, Nitrogen: 3%, Kalsium:1,5%, Fosfor: 1,0%, Potasium: 0,35%, Sulfur: 0,25%, Sodium: 0,15%, Magnesium: 0,05%, dll.
Ternyata kita sebagai makhluk Homo sapiens sapiens yang hidup di planet bumi ini, secara Sains terbukti mempunyai sebagian besar unsur yang sama dengan unsur-unsur yang terdapat di Planet bumi, sistem tata Surya, debu bintan g dan galaksi yang tersebar di alam semesta raya.
Allah SWT. berfirman di bawah ini:
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dai suatu sari pati (berasal) dari tanah” (QS Al-Mu’minuun: 12).
“Dan dia yang menciptakan manusia dari air lalu Dia jadikan manusia itu keturunan dan mushohharoh dan adalah Tuhanmu Mahakuasa” (QS Al-Furqan: 54).

K.    Pengertian Manusia (Ras Adam) dalam Al-Qur’an
Dalam Buku ini sekurang-kurangnya ada tiga kelompok istilah yang digunakan Al-Qur’an dalam menjelaskan manusia secara totalitas, baik fisik maupun psikis.
Pertama    : Kelompok kata al-basyar
Kedua      : Kelompok kata al-insan, al-ins, an-nas dan al-unas
Ketiga      : kata bani adam
1.      Al-Basyar
Secara leksikal berarti fisik manusia. Makna ini disimpulkan dari berbagai uraiantentan al-basyar. Di antaranya adalah uraian Abu al-Husain Ahmad ibn Faris ibn Zakaria dalam Mu’jam al-Maqayis fi al-Lugoh. Menurut beliau semua kata yang huruf-huruf asalnya terdiri dari ba, syin, dan ra, berarti sesuatu yang tampak jelas dan biasanya cantik dan indah.
Kata al-basyar adalah jamak dari kata al-basyarah yang artinya permukaan kulit kepala, wajah, dan tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya rambut dan bulu. Al-Qur’an menggunakan kata al-basyar untuk menjelaskan manusia sebanyak 36 kali dalam bentuk tunggal, dan hanya sekali dalam bentuk mu’annats. Berdasarkan penelitian terhadap seluruh ayat yang menggunakan kata al-basyar, terdapat 25 ayat yang menerangkan tentang kemanusiaan rsul dan nabi. Termasuk di dalamnya ayat yang mengungkapkan keserupaan para nabi dan rasul dengan orang-orang kafir dalam hal sifat kemanusiaan dan biologisnya, dan pengingkaran orang kafir terhadap seruan nabi dan rasul karena alasan kesamaan dari segi biologis.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia dengan istilah al-basyar menekankan kepada gejala umum yang melekat pada fisik manusia, yang secara umum relatif sama antara semua manusia.
2.      Al-Insan, Al-Ins, An-Nas, dan Al-Unas
Al-Insan bisa juga dikatakan an-nas memiliki tiga akar kata, Pertama, anasa, yang berarti melihat, mengetahui. Kedua, nasiya yang berarti lupa. Ketiga, an-nus yang berarti jinak.
Al-Ins juga berarti jinak. Sedangkan Al-Unas berarti jamak dari kata Al-Insan yang memiliki arti berkelompok. Artinya kata ini dalam Al-Qur’an selalu dikaitkan dengan kelompok manusia, baik sebagai suku bangsa atau kelompok kriminal.
Pada akhirnya manusia telah diberi oleh Allah SWT. ilmu pengetahuan, disamping juga manusia memiliki potensi, dan sarana-sarana dalam dirinya untuk menemukan, mengembangkan, dan menciptakan ilmu pengetahuan. Inilah salah satu keistimewaan manusia dibandingkan makhluk-makhluk lannya.
3.      Bani Adam
Secara bahasa bani adalah bentuk jamak dari ibnun yang berarti anak. Bentuk dasarnya adalah banun atau banin, tetapi karena berada pada posisi muaf (diterangkan), huruf waw dan nun pada kata banun tersebut harus dihilangkan, sehingga menjadi kata bani.
Istilah bani Adam dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak 7 kali. Berdasarkan konteks pembicaraan ayat-ayat yang memuat kata bani adam tersebut membicarakan tentang keharusan memakai pakaina yang berguna untuk memperindah tubuh dan menutup aurat.
Sehingga dengan kata bani adam tersebut manusia dibekali potensi fitrah keagamaan, yaitu mengesakan Tuhan. Dengan kata lain, manusia adalah makhluk yang berada dalam relasi (Habl) dengan Tuhan (Habl min Allah), relasi dengan sesama Manusia (Habl min an-nas), dan relasi dengan alam (Habl min al-alam).  

L.     Kelemahan Ras Adam a.s. (Homo sapiens sapiens) menurut Al-Qur’an
Manusia, disamping memiliki kelebihan-kelebihan seperti sebagai khalifah-Nya di bumi, Memiliki potensi akal untuk pengetahuan dan kebebasan, terpercaya, dan memiliki rasa tanggung jawab dengan kelembutannya, ternyata manusia atau Ras Adam juga memiliki kelemahan-kelemahan, diantaranya: Pelupa, ternyata sifat ini bisa menjadi manfaat sekaligus madarat bagi kehidupan manusia. Ini seperti dalam Al-Qur’an Surat Tha Haa: 115. Iri hati, pembunuhan pertama Ras Adam dilakukan oleh Qobil terhadap Habil karena Iri hati. Dikatakan dalam Al-Qur’an Surah Al-Maidah: 27. Tamak, keinginan yang menggebu untuk memperoleh sesuatu secara tidak wajar. Ketergesaan, melakukan aktivitas dengan tanpa perhitungan sebab dan akibatnya sehingga menyebabkan penyesalan di kemudian hari. Amarah, luapan hati akibat sesuatu yang tidak berkesan, biasanya ketika daya pikir logika tidak sanggup memecah permasalahan yang dihadapinya. Pembantah, suatu kelakuan yang hanya mementingkan diri sendiri sehingga cenderung untuk menolak sesuatu karena tidak sesuai dengan keinginannya saja walaupun dihadapkan dengan kebenaran. Congkak, keyakinan yang berlebihan akibat dari kemampuan memiliki harta dan kedudukanatau kareana keadaan yang lebih menguntungkan. Angkuh/Sombong, sifat keengganan untuk menerima kebenaran setelah mengetahuinya, serta menutup mata bila menyangkut hak orang lain.
Dari delapan kelemahan utama Ras Adam, ternyata sifat sombong adalah kelemahan manusia yang sangat berbahaya. Sifat inlah yang merupakan dosa awal makhluk, seperti yang dilakukan iblis ketika membangkang perintah Allah untuk bersujud kepada Adam.   
BAGIAN 3
ANALISIS BUKU
A.      KOMENTAR PENYAJI
Saya mencoba mengawali komentar buku ini dengan mencantumkan QS Al-Anbiyaa ayat 30:
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman”.
     Buku ini sangat analitik dan berani karena menyibak misteri tentang ras Adam di Planet Bumi secara sains, Al-Qur’an dan hadits, benarkah dia nenek moyang manusia, bagaimana diciptakannya, benarkah Adam dilahirkan, terbuat dari apa tubuhnya, dimana lokasi penciptaannya dan sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan itu dijawab dalam buku ini. Dan ayat yang penyaji kuitp merupakan inspirasi dari analisis-analisis dan tafsir penulis buku ini.
     Dalam buku ini saya melihat penulis menjadikan Al-Qur’an sebagai inspirasi dalam mengungkap misteri sains khususnya tentang Adam a.s. Dan bilamana Sains tersebut dibantahkan oleh sains lain maka sains yang baru tersebut juga merupakan pembuktian kebenaran Al-Qur’an. Analisis penulis dengan Al-Qur’an ini merupakan sebuah informasi yang berharga bagi kita. Saya yakin penulis buku ini sebetulnya ingin mengintegrasikan Sains dengan Al-Qur’an karena di setiap pembahasan penulis selalu menjadika Al-Qur’an sebagai inspirasinya.
B.       KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU
Buku ini mempunyai banyak kelebihan baik dari segi penyajian bahasa maupun penyajian sistematika penulisan. Kita bisa memahami buku ini secara urut karena penulisnya sengaja menampilkan tulisan ini dengan sistematika yang baik-sesuai dengan keingintahuan pembaca. Pembaca akan terus bertanya dari tulisan satu ke tulisan berikutnya dan akan dijawab dalam tulisan berikutnya. Buku ini juga dilengkapi dengan gambar dan ilustrasi-ilustrasi yang dapat memudahkan pembaca dalam memahami isi buku. Buku ini mempunyai karakter yang unik dan berani. Sangat cocok untuk mahasiswa yang berfikir kritis karena dalam buku ini akan dijumpai beberapa statemen dan kesimpulan-kesimpulan yang mencengangkan terkait Ras Adam sebagai nenek moyang manusia. Sebut saja bahwa sebelum Adam diciptakan sudah ada makhluk yang menyerupa manusia yang kita ketahui fosil-fosilnya sebagai manusia purbakala, Adam ternyata diciptakan di bumi kita ini ditempat yang disebut surga –taman yang hijau dan luas-, dan lain sebagainya.
Kelemahan buku ini adalah dalam pembahasannya terkadang meloncat-loncat sehingga bagi yang baru membaca akan sedikit bingung sehingga perlu ketenangan dan ketelitian dalam membaca buku ini. Meloncat-loncat dalam artian kita akan menemukan beberapa kesimpulan ditengah-tengah pembahasan tetapi itu ternyata bukan kesimpulan sesungguhnya. Jadi dalam membaca buku ini harus sampai kahir tulisan agar tidak menjadi bingung dan miskonsepsi.

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Do'a

Adalah Engkau

Yang beri kekuatan

Sekaligus menghujamku

Dengan Qodo dan Qodar-Mu

Tuhan..............

Engkau ku percaya

Menjawab setiap do’a yang ku panjatkan

Ku menyanjung-Mu dengan butiran-butiran dzikirku

Kau tak goyah dengan Qodo-Mu

Ku merengek dengan untaian Wiridku

Kau terlampau tentukan Qadar-Mu

Ku serapi setiap lantunan ayat-ayat-Mu

Kau hanya beri aku harapan

Ku berontak dalam puji-puji doa’ku

Kau hanya menatapku dingin dengan ke-Maha Besaran-Mu

Ku menangis dan memaksamu dalam sujudku

Kau tertawa dengan segala ke-Maha Agungan-Mu

Apa mau-Mu Tuhan?

Aku yakin

Kau jawab “YA”, Kau beri yang aku minta

Kau jawab “TIDAK”, Kau akan berikan yang lebih baik

Kau jawab “TUNGGU” Kau akan beri yang terbaik

Untukku..........

Dengan keterbatasanku

Hanya satu, berikan padaku

“Ridhoilah aku sebagai Hamba-Mu yang terbatas

Wahai ALLAH, Tuhan yang Maha Tak Terbatas”