BAGIAN
1
PENDAHULUAN
A.
IDENTITAS
BUKU
1.
Judul Buku :
Perjalanan Akbar Ras Adam (Sebuah Interpretasi Baru Al-Qur’an dan Sains)
2.
Penulis :
IR. Agus Haryo Sudarmojo
3.
Penerbit :
Mizania, Bandung
4.
Cetakan :
Pertama, September 2009
5.
Halaman :
240 hal.
B.
BIOGRAFI
SINGKAT PENULIS
Penulis Buku
Perjalanan Akbar Ras Adam (Sebuah Interpretasi baru Al-Qur’an dan Sains) yang
penyaji Review adalah IR. Agus Haryo Sudarmojo. Penulis Buku ini dilahirkan di
Jakarta pada 31 Juli 1964, adalah putra keempat dari seorang ayah bernama Agus
Sudono (mantan Wakil Ketua DPA RI). Dia menikah dengan Sri Retno Handayani,
seorang arsitek, dan dikaruniai tiga orang anak yang bernama: Banyubening PS,
bramaseta J dan Ganang Wirahbumi N.
Dia adalah
seorang ahli geologi lulusan Universitas Trisakti, dan seorang pengusaha di
bidang agroindustri. Dia pun pernah menjadi dosen selama tujuh tahun di
universitasnya.
Dia bukanlah
seorang ahli agama. Selain kegemarannya mengupas makna-makna yang terkandung
dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits, ia juga senang mendekat pada alam dengan cara
besepeda, berkemah, dan berenang, demi cintanya kepada sang kekasih yang
menciptakan alam raya ini.
Buku pertamanya
tentang Menyibak Rahasia Sains Bumi dalam Al Qur’an, dan kedua tentang
Perjalanan Akbar Ras Adam di Planet Bumi, dan akan disambung dengan buku-buku
yang lainnya demi syiar Islam. Kini kesehariannya tetap sebagai seorang ayah
yang sederhana, dekat dengan karyawan dan petani dalam mengembangkan bisnisnya.
C.
SISTEMATIKA
UMUM BUKU
Sistematika
penulisan buku ini tidak memakai sistem BAB tetapi memakai sistem pokok
bahasan. Runutan tulisan dalam buku ini menjelaskan hubungan antara ilmu dunia
dan ilmu akhirat. Dalam penyajiannya pokok-pokok bahasan tersebut mayoritas
berupa pertanyaan yang dipakai sebagai judul-judul dalam buku. Pembaca seolah
diarahkan ke dalam pertanyaan-pertanyaan tersebut sebelum memasuki rincian
tulisan.
Berikut
pokok-pokok bahasan yang diangkat dalam buku ini:
1)
Gugurnya Teori Evolusi Darwin
2)
Ras Adam a.s. dan Makhluk yang serupa di
Planet Bumi
3)
Benarkah Adam a.s. dan Siti Hawa nenekk
Moyang Umat Manusia?
4)
Bila Kita Berasala dari Satu Ibu,
Mengapa Kita Berbeda Warna Kulit Antarbangsa di Dunia?
5)
Bagaimana Mekanisme Penciptaan Adam a.s.
Sebagai manusia Pertama?
6)
Apakah Nabi Adam a.s. Dilahirkan?
7)
Apakah “Jannah” Adam Jauh dari Planet
Bumi?
8)
Pengertian Jannah dalam Al-Qur’an
9)
Terminologi Bahasa yang Digunakan oleh
Allah SWT.?
10) Unsur
Tubuhnya Mirip dengan Debu Ledakan Bintang di langit?
11) Pengertian
Manusia (Ras Adam) dalam Al-Qur’an
12) Hubungan
Al-Basyar, Al-Insan, Al-Ins, An-Nas,
Al-Unas, dan Bani Adam, dengan Makhluk serupa Ras Adam a.s.?
13) Kelemahan
Ras Adam a.s. (Homo sapiens sapiens)
menurut Al-Qur’an
14) Apakah
Alam Jagat Raya ini Diciptakan Hanya untuk Ras Adam?
BAGIAN 2
POKOK-POKOK ISI BUKU
A.
Gugurnya
Teori Evolusi Darwin
Teori evolusi
merupakan buah filsafat materialistis yang muncul bersamaan dengan kebangkitan
filsafat-filsafat materialistis kuno dan kemudian menyebar luas di abad ke-19.
Karena hanya melihat sisi materi saja maka menurut pandangan ini segala
sesuatu, hidup ataupun tak hidup, muncul tidak melalui penciptaan, tetapi dari
sebuah peristiwa kebetulan yang kemudian mencapai kondisi teratur. Teori
Evolusi sendiri mengemukakan bahwa manusia dan aneka spesies yang hidup tidak
diciptakan secara terpisah, tetapi berasala dari nenek moyang yang sama dan
menjadi berbeda satu sama lainnya akibat kondisi alam. Perubahan evolusi ini
berlangsung sedikit-demi sedikit dalam jangka waktu jutaan miliar tahun. Itulah
teori evolusi yan gdikemukakan oleh pencetusnya yaitu Charles Robert Darwin.
Kita dapat
menguji keabsahan teori evolusi dengan tiga pertanyaan dasar.
1. Bagaimana
sel hidup pertama muncul ketika Planet Bumi masih primitif?
Pertanyaan
tentann gmunculnya “sel pertama” adalah persoalan sulit yang paling mematikan
bagi pendukung teori evolusi. Hasil berbagai penelitian yang berkenaan dengan
hal ini menunjukkan bahwa kemunculan sel pertama tidak dapat dijelaskan oleh
konsep “kebetulan”.
2. Bagaimana
satu spesies dapat berubah menjadi spesies lain?
Seluruh
penelitian yang telah dilakukan dan berkaitan dengan masalah ini menunjukkan bahwa
kedua mekanisme (mutasi dan seleksi alam) tidak memiliki pengaruh evolusioner
yang demikian. Colin Patterson, seorang ahli paleontologi senior Museum natural
History di London, menekankan fakta ini: Tak
ada yang pernah menghasilkan satu spesies melalui mekanisme seleksi alam. Tidak
seorang pun hampir pernah menghasilkannya dan kebanyakan debat neo-Darwinisme
sekarang adalah seputar masalah ini.
3. Adakah
bukti dalam catatan fosil bahwa makhluk hidup memang melalui proses seperti
itu?
Fosil
menunjukkan bahwa makhluk hidup tidaklah muncul sebagai akibat proses evolusi.
Makhluk hidup muncul secara tiba-tiba, sebagai hasil “rancangan” yang sempurna.
Semua fosil yang telah ditemukan menegaskan hal ini. Ada celah-celah dalam
catatan fosil yaitu meloncat-loncat. Artinya catatan fosil menegaskan tidak
adanya percabangan makhluk hidup.
Makhluk hidup
tidak berevolusi dari bentuk primitif ke bentuk yang lebih maju, tetapi muncul
secara tiba-tiba dan dalam keadaan sempurna. Ringkasnya, makhluk hidup tidak
mncul melalui evolusi, tetapi diciptakan.
Allah SWT
menegaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Nahl:13:
“Dan
dia (menundukan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan
berlain-lain macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran”.(QS Al Nahl: 13).
B.
Ras
Adam a.s. dan Makhluk yang serupa di Planet Bumi
Berdasarkan
data-data paleonologi (ilmu kajo fosil), kenyataannya makhluk-makhluk yang
menyerupai kita tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sahelanthropus
Tohadensis (7 juta tahun lalu),
2. Austroliphitecus
Aferensis (3,5 juta tahun lalu),
3. Paranthropus
Boisei (2 juta tahun lalu),
4. Homo
Habilis (2 juta tahun lalu),
5. Homo
Ergaster (1,5 juta tahun lalu),
6. Homo
Erectus, Homo Heidelbergenensis (500-140 ribu tahun lalu),
7. Homo
Neandertal (400-30 ribu tahun lalu),
8. Serta
12 spesies lainnya.
Dan kenyataan
bahwa hanya dengan kurun waktu 140-150 ribu tahun makhluk Homo sapiens sapiens
atau Modern Human Being atau ras Adam menguasai Planet Bumi, kita telah dapat
mengembangkan teknologi mutakhir dari membuat mikro-chip, pesawat supersonik,
hingga teknologi ruang angkasa dan lain-lain. Yang semuanya tidak dapat
dilakukan oleh makhluk serupa ras Adam sebelumnya, padahal mereka sudah
menguasai bumi selama ratusan hingga jutaan tahun.
Kesimpulannya
kita adalah bukan makhluk “serupa manusia” pertama tetapi kita adalah makhluk
manusia sempurna pertama dan akhir yang sesungguhnya diciptakan oleh Allah SWT
di Planet Bumi, yaitu Nabi Adam a.s. sebagai bagian makhluk Homo sapiens
sapiens, untuk menjadi khalifah di antara semua makhluk yang ada.
Allah SWT dalam
QS Al-Qamar berfirman:
“Dan
sesungguhnya telah Kami binasakan orang yang serupa dengan kamu. Maka adakah
orang yang mau mengambil pelajaran? (QS Al-Qamar: 51).
C.
Benarkah
Adam a.s. dan Siti Hawa nenek Moyang Umat Manusia?
Ahli-ahli
genetika dan antropologi telah menyimpulkan secara bersama bahwa bukti-bukti
ilmiah menunjukkan ras Adam sebagai manusia moder (Homo sapiens sapiens)
berasala dari populasi kecil di Afrika dan kemudian bermigrasi dari sana ke
seluruh muka bumi. Inilah yang disebut Teori “OUT OF AFRICA”.
Bukti situs di
Meadowcroft bersama data situs lainnya di Amerika Utara membuktikan bahwa tidak
ada migrasi tunggal yang dilakukan manusia modern dari Afrika ke dunia baru, seperti
yang telah dipercayai selama dua dekade ini. Tetapi sesungguhnya yang terjadi
adalah beberapa pergerakan (Migrasi) yang dilakukan manusia modern untuk
menemukan dunia baru diluar Afrika, seperti perjalanan ke Amerika ini.
Pada tahun 1996
dilakukan penelitian, pertemuan seorang wanita Amerika keturunan Yunani dengan
seorang pria Indian asli Amerika. Setelah di tes mitokondria DNA-nya (Mt DNA)
masing-masing, kemudian dilacak garis keturunannya, ternyata mereka adalah
keturunan dari nenek moyang yang sama datang dari arah utara menyeberangi
daerah Beringia yang dulu masih merupakan “Jembatan Daratan” antara Rusia dan
Amerika, yaitu sekitar 30.000 tahun lalu.
Dari penjabaran
diatas maka telah disimpulkan bahwa semua manusia modern diwariskan
“Mt-DNA”-nya dari satu orang wanita dari Afrika, yang memungkinkan disebut
olehnya sebagai “Mt-DNA Eve” atau mitokondria Siti Hawa. Sehingga manusia di
masa kini dapat melacak jejak nenek moyangnya hingga menuju kepada 1 orang
wanita di Afrika. Begitu canggihnya ilmu Genetika sehingga kita dapat
mengetahui bahwa beberapa puluh ribu tahun lalu nenek moyang kita pernah
melintasi pegunungan, gurun pasir seta menyeberangi lautan hingga tiba di
tempat kita saat ini.
Allah
SWT berfirman dalam QS. Al-Hujurat:13 sebagai berikut:
“Hai
manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling mengenal.........” (QS. Al-Hujurat:13).
D.
Bila
Kita Berasal dari Satu Ibu, Mengapa Kita Berbeda Warna Kulit Antarbangsa di
Dunia?
Prof. Neil
Champlansky melakukan penelitian mengenai evolusi warna kulit seorang, secara
tak sengaja menemukan jawabannya. Ia membuktikan adanya hubungan yang sangat
dekat antara radiasi sinar matahari dengan molekul biologis yang disebut “Folic
acid’ atau asam folic dalam tubuh manusia.
Kehadiran asam
folic adalah hal terpenting bagi perkembangan embrio dan perkembangan warna
kulit pada manusia. Sehingga nenek moyang kita di Afrika berkulit hitam karena
harus melindungi keselamatan tubuh mereka dari radiasi ultraviolet (UV) yang
sangat tinggi di benua tersebut.
Melihat pola
pigmentasi kulit manusia di seluruh dunia maka dapat disimpulkan bahwa seorang
berkulit gelap di daerah tropis yang memiliki radiasi UV tinggi, bila
bermigrasi ke utara ke daerah dingin yang memiliki radiasi UV rendah maka kulit
mereka akan berubah dari gelap/hitam menjadi putih/terang pada keturunannya
setelah 20.000 tahun menetap secara turun-temurun di sana.
Jadi
sesungguhnya, semua manusia moder itu di balik kulitnya yang berwarna warni
adalah sama. DNA kita menunjukkan bahwa kita berasal dari kelompok gen yang
sama, jika kita melihat DNA sendiri, kita semua: orang Australia, Afrika, Erofa
ditemukan mitokondria (Mt-DNA) yang sama dalam diri kita semua.
Allah
SWT berfirman dala QS. Al Rum ayat 22:
“Dan
di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan
berlain-lain bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui. (QS.
Al-Ruum: 22).
E.
Bagaimana
Mekanisme Penciptaan Adam a.s. Sebagai manusia Pertama?
Mekanisme
penciptaan Nabi Adam jika merunut dari QS. Al Hijr ayat 26:
“Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang
berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk”.
Dari ayat diatas menerangkan bahwa Adam bukan berasal
dari makhluk sebelumnya (dilahirkan seperti manusia biasa) karena memang belum
ada makhlukyang sempurna akalnya. Adam tercipta lebih dahulu tanpa orang tua,
Manusia Nonparental. Isa tercipta tanpa ayah. Manusia Monoparental, kita adalah
manusia Biparental: hadir ke dunia melalui ayah dan ibu.
F.
Apakah
Nabi Adam a.s. Dilahirkan?
Nabi Adam a.s. diciptakan dengan tidak ada
keterlibatan makhluk lain, dengan kata lain Nabi Adam a.s. tidak dilahirkan,
seperti manusia pada umumnya lewat rahim seorang ibu serta melibatkan makhluk
malaikat dan orangtuanya.
Bila
kita harus melirik dari sisi Sains maka Allah SWt berfirman dalam QS. Al-Sajdah
ayat 7-8:
“Yang
membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai
penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadika keturunannya dari sari
pati air yang hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke
dalam (tubuh) nya ruh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran,
penglihatan, dan hati. (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (QS. Al-Sajdah:
7-8).
Oleh
karena itu, sangat jelas buktinya firman Allah SWT bahwa pertama kali manusia
diciptakan tidak ada keterlibatan makhluk lain, dengan kata lain, Nabi Adam
a.s. tidak dilahirkan, seperti manusia umumnya lewat rahim seorang ibu yang
melibatkan makhluk malaikat dan orang tuanya. Hal ini menyiratkan bahwa proses
kehadiran Adam a.s. bukan sebuah proses evolusi, melainkan adalah sebuah proses
penciptaan secara langsung dari Allah SWT.
G.
Apakah
“Jannah” Adam Jauh dari Planet Bumi?
Dalam Al Qur’an
terbitan Depag RI Jannah diterjemahkan sebagai surga, dalam bahasa Persia
disebut “Paridesa” yang berarti “taman tertutup”, dan dalam bahasa Ingris
diterjemahkan sebagai “Paradise”. Sedangkan Jannah dalam Bahsa Ibrani diartikan
“Eden” yang mempunyai arti “tanah kosong/padang luas”. Jadi secara keseluruhan
disebut “taman tertutup yang indah di atas padang luas”, yaitu tempat Nabi Adam
a.s dan Hawa bermukim di muka bumi ini.
Menurut
penelitian arkeologi dan citra satelit dari posisi Geografis dan data-data yang
ada, ditambah dengan data-data dalam Kitab Injil (Bibel), sangat jelas
kemungkinannya bahwa penciptaan Nabi Adam a.s. dan Hawa adalah di muka bumi
ini, yaitu di suatu tempat yang merupakan sebuah taman diatas dataran hijau,
yang dikelilingi oleh perbukitan sehingga tertutup. Tepatnya adalah sekitar
daeerah lembah Tabrizh, kaki kubah vulkanik yang disebut Gunung (Kuh-e) Sahand,
Azerbaijan Timur.
Daerah tersebut
dibatasi di sebelah selatan oleh dataran Mesopotamia yang kini disebut Irak, sebelah
barat dibatasi wilayah Turki (Danau Urmia: Selatan Gunung Ararat), di sebelah
tenggara dibatasi oleh pegunugnan Zagros Iran pada saat ini.
H.
Pengertian
Jannah dalam Al-Qur’an
Kata al-Jannah
dalam Al-Qur’an dijumpai sebanyak 143 kali pada berbagai surat, baik dalam
bentuk kata tunggal maupun dalam bentuk kata dua ataupun dalam bentuk kata
banyak.
Bila
kata Jannah itu dikaitkan dengan kata lain di belakangnya seperti berikut:
1. Jannatu-Adnin
yang bermakna Surga Eden (Indah dan luas): QS An-Nahl (16): 31, Al-Kahfi (18):
31 dll.
2. Jannatu-Na’im
yang bermakna Surga Penuh Nikmat: QS Al-Hajj (22): 56, QS. Lukman (31): 8, dll,
3. Jannatul-Khuldi
yang bermakan surga Hidup kekal: QS Al-Furqan (25):15,
4. Jannatul
Mkawa yang bermakan Surga penuh Tentram: QS Al-Najm (53):15, QS Al-Sajdah
(32):19, dll,
5. Jannatul
Firdaus yang bermakna Surga Firdaus: QS Al-Mu’minun (23):11.
Maka
sudah jelas bahwa “Jannah” tersebut diatas sudah pasti bermakan surga yang
telah dijanjikan Allah bagi setiap mukmin yang melakukan amal kebajikan sepanjang
hidupnya. Bila kata al-jannah itu berdiri sendiri, tanpa ada kaitann\ dengan
kata lain dibelakangnya, maka kata al-jannah itu :Tidak Harus” dimaknakan
Surga. Hal ini disebabkan kata al-Jannah dalam bahasa Arab, bisa digunakan
untuk salah satu dari tiga arti, yaitu: Kebun, Taman, maupun Surga itu sendiri.
Sedangkan
dalam setiap kisah Adam dalam kitab suci Al Qur’an Cuma dipergunakan kata
al-Jannah tanpa diikuti dengan kata lain dibelakangnya, artinya “Jannah”-nya
Adam a.s. dipastikan berbeda dengan “Jannah”-nya orang Mukmin yang pasti dapat
dimaknai Surga. Dengan kata lain “jannah” nya Adam a.s. adalah hanya sebuah
kebun atau taman yang serba tercukupi di Planet Bumi.
Kenyataannya
isi godaan setan terhadap Adam dan istrinya, seperti yang telah dinyatakan
dalam Surah Thaa-Haa yang berbunyi:
“Kemudian
setan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata,”Hai Adam, maukah sya
tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?” Maka
keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu tampaklah bagi keduanya
aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di)
Taman (Surga), dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia. (QS Tha Ha:
120-121).
Tampak dari ayat
tersebut, jika memang Adam dan istrinya itu disiptakan di surga dan sudah
berada di surga (Jannatul Khuldi=Taman Hidup Kekal), artinya pada saat itu
hidup kekal sudah menjadi biasa saja, kenyataannya bahwa Adam dan istrinya,
Hawa, masih tergoda dengan godaan untuk mendapatkan hidup kekal, artinya
keadaan saat itu hidup kekal adalah hal yang istimewa bagi Adam dan istrinya.
Dengan kata lain, keduanya tidak berada di Taman Hidup Kekal alias Jannatul
Khuldi. Tetapi hanya di sebuah kebun/taman yang serba tercukupi di Planet Bumi.
I.
Terminologi
Bahasa yang Digunakan oleh Allah SWT.?
Allah SWT.
Ketika menyuruh Nabi Adam dan lainnya tidak menggunakan kata dasar “Inzal”,
yang mempunyai pengertian “turun” secara fisik jauh, seperti tersebut pada ayat
QS Al-Hadiid: 25, QS Al-Nahl: 65 (ketika menurunkan besi dan air rai ruang
angkasa). Allah SWT. Menggunakan lafadz “ihbith/ihbithuw/ihbithaa” (QS
Al-A’raaf”:24, Al-Baqarah:35-36), yang artinya juga “turun/lengser” (secara
fisik tidak jauh), berangkatlah, pergilah atau keluarlah.
Artinya kata
“Ihbith” disebut oleh Al-Qur’an dengan arti “turun”, tetapi dengan jarak yang
relatif dekat atau dalam pengertian masih dalam jarak pandang mata manusia.
Allah SWT. ketika menyuruh turun Nabi Adam dan lainnya tidak menggunakan kata
dasar “Inzal”, yang mempunyai pengertian “turun” secara fisik jauh.
Jadi, ketika
Adam bertindak “melanggar perintah Ilahi” dan pada saat setan bertindak
“menggoda supaya melanggar perintah Ilahi”, kata “ihbhitu” dapat bermakna
“enyahlah/menyingkirlah” atau bermakna “turun” dalam jarak yang dekat dari
dataran tinggi ke dataran rendah paling jauh, seperti bunyi QS Al A’raf: 24
Allah berfirman sebagai berikut:
“Turunlah
(ihbithu) kamu sekalian, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain
dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di
muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan”.(QS
Al-A’raf:24).
Jelas bahwa
makna kata ihbithu tidak dapat diartikan “turun” dalam jarak jauh. Sehingga
dapat dimaknai bahwa tempat “Jannah”-nya Adam yang bermakna taman atau kebun,
tidak berada di luar planet Bumi, tetapi berada di Planet bumi yang penuh
berkah.
J.
Unsur
Tubuhnya Mirip dengan Debu Ledakan Bintang di langit?
Al-Qur’an
mengatakan bahwa kita (manusia) sebagai Ras Adam diciptakan Allah SWT. dari
berbagai macam jenis tanah dan air di Planet Bumi, bagaimana sains dapat
menjelaskan hal ini?
Sebagaimana diketahui secara sains
bahwa tubuh kita 65%-90% memang terdiri atas molekul air (H2O).
Kandungan air dalam organ manusia diketahui sebagai berikut:
Tubuh: 65%, Otak: 74,5%, Otot:
75,6%, darah: 83%, Ginjal:82,7%, Tulang: 22%.
Unsur tubuh kita
juga didominasi oleh oksigen dan karbon sebagai molekul dasar organik dalam
tubuh sehingga hampir 99% dari seluruh tubuh kita memang tersusun dari 6 unsur
dominan seperti: oksigen, karbon, hidrogen, nitrogen, kalsium, fosfor.
Detailnya sebagai berikut:
Oksigen: 65%, Karbon: 18%,
Hidrogen: 10%, Nitrogen: 3%, Kalsium:1,5%, Fosfor: 1,0%, Potasium: 0,35%,
Sulfur: 0,25%, Sodium: 0,15%, Magnesium: 0,05%, dll.
Ternyata
kita sebagai makhluk Homo sapiens sapiens yang hidup di planet bumi ini, secara
Sains terbukti mempunyai sebagian besar unsur yang sama dengan unsur-unsur yang
terdapat di Planet bumi, sistem tata Surya, debu bintan g dan galaksi yang
tersebar di alam semesta raya.
Allah SWT. berfirman di bawah ini:
“Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dai suatu sari pati (berasal) dari
tanah” (QS Al-Mu’minuun: 12).
“Dan
dia yang menciptakan manusia dari air lalu Dia jadikan manusia itu keturunan
dan mushohharoh dan adalah Tuhanmu Mahakuasa” (QS Al-Furqan: 54).
K.
Pengertian
Manusia (Ras Adam) dalam Al-Qur’an
Dalam Buku ini
sekurang-kurangnya ada tiga kelompok istilah yang digunakan Al-Qur’an dalam
menjelaskan manusia secara totalitas, baik fisik maupun psikis.
Pertama : Kelompok kata al-basyar
Kedua : Kelompok kata al-insan,
al-ins, an-nas dan al-unas
Ketiga : kata bani adam
1. Al-Basyar
Secara leksikal
berarti fisik manusia. Makna ini disimpulkan dari berbagai uraiantentan
al-basyar. Di antaranya adalah uraian Abu al-Husain Ahmad ibn Faris ibn Zakaria
dalam Mu’jam al-Maqayis fi al-Lugoh. Menurut beliau semua kata yang huruf-huruf
asalnya terdiri dari ba, syin, dan ra, berarti sesuatu yang tampak jelas dan
biasanya cantik dan indah.
Kata al-basyar
adalah jamak dari kata al-basyarah yang artinya permukaan kulit kepala, wajah,
dan tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya rambut dan bulu. Al-Qur’an menggunakan
kata al-basyar untuk menjelaskan manusia sebanyak 36 kali dalam bentuk tunggal,
dan hanya sekali dalam bentuk mu’annats. Berdasarkan penelitian terhadap
seluruh ayat yang menggunakan kata al-basyar, terdapat 25 ayat yang menerangkan
tentang kemanusiaan rsul dan nabi. Termasuk di dalamnya ayat yang mengungkapkan
keserupaan para nabi dan rasul dengan orang-orang kafir dalam hal sifat
kemanusiaan dan biologisnya, dan pengingkaran orang kafir terhadap seruan nabi
dan rasul karena alasan kesamaan dari segi biologis.
Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa manusia dengan istilah al-basyar menekankan kepada
gejala umum yang melekat pada fisik manusia, yang secara umum relatif sama
antara semua manusia.
2. Al-Insan,
Al-Ins, An-Nas, dan Al-Unas
Al-Insan bisa
juga dikatakan an-nas memiliki tiga akar kata, Pertama, anasa, yang berarti
melihat, mengetahui. Kedua, nasiya yang berarti lupa. Ketiga, an-nus yang
berarti jinak.
Al-Ins juga
berarti jinak. Sedangkan Al-Unas berarti jamak dari kata Al-Insan yang memiliki
arti berkelompok. Artinya kata ini dalam Al-Qur’an selalu dikaitkan dengan
kelompok manusia, baik sebagai suku bangsa atau kelompok kriminal.
Pada akhirnya
manusia telah diberi oleh Allah SWT. ilmu pengetahuan, disamping juga manusia
memiliki potensi, dan sarana-sarana dalam dirinya untuk menemukan,
mengembangkan, dan menciptakan ilmu pengetahuan. Inilah salah satu keistimewaan
manusia dibandingkan makhluk-makhluk lannya.
3. Bani
Adam
Secara bahasa
bani adalah bentuk jamak dari ibnun yang berarti anak. Bentuk dasarnya adalah
banun atau banin, tetapi karena berada pada posisi muaf (diterangkan), huruf
waw dan nun pada kata banun tersebut harus dihilangkan, sehingga menjadi kata
bani.
Istilah bani
Adam dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak 7 kali. Berdasarkan konteks
pembicaraan ayat-ayat yang memuat kata bani adam tersebut membicarakan tentang
keharusan memakai pakaina yang berguna untuk memperindah tubuh dan menutup
aurat.
Sehingga dengan
kata bani adam tersebut manusia dibekali potensi fitrah keagamaan, yaitu
mengesakan Tuhan. Dengan kata lain, manusia adalah makhluk yang berada dalam
relasi (Habl) dengan Tuhan (Habl min Allah), relasi dengan sesama Manusia (Habl
min an-nas), dan relasi dengan alam (Habl min al-alam).
L.
Kelemahan
Ras Adam a.s. (Homo sapiens sapiens)
menurut Al-Qur’an
Manusia,
disamping memiliki kelebihan-kelebihan seperti sebagai khalifah-Nya di bumi,
Memiliki potensi akal untuk pengetahuan dan kebebasan, terpercaya, dan memiliki
rasa tanggung jawab dengan kelembutannya, ternyata manusia atau Ras Adam juga
memiliki kelemahan-kelemahan, diantaranya: Pelupa,
ternyata sifat ini bisa menjadi manfaat sekaligus madarat bagi kehidupan
manusia. Ini seperti dalam Al-Qur’an Surat Tha Haa: 115. Iri hati, pembunuhan pertama Ras Adam dilakukan oleh Qobil terhadap
Habil karena Iri hati. Dikatakan dalam Al-Qur’an Surah Al-Maidah: 27. Tamak, keinginan yang menggebu untuk
memperoleh sesuatu secara tidak wajar. Ketergesaan,
melakukan aktivitas dengan tanpa perhitungan sebab dan akibatnya sehingga
menyebabkan penyesalan di kemudian hari. Amarah,
luapan hati akibat sesuatu yang tidak berkesan, biasanya ketika daya pikir
logika tidak sanggup memecah permasalahan yang dihadapinya. Pembantah, suatu kelakuan yang hanya
mementingkan diri sendiri sehingga cenderung untuk menolak sesuatu karena tidak
sesuai dengan keinginannya saja walaupun dihadapkan dengan kebenaran. Congkak, keyakinan yang berlebihan
akibat dari kemampuan memiliki harta dan kedudukanatau kareana keadaan yang
lebih menguntungkan. Angkuh/Sombong,
sifat keengganan untuk menerima kebenaran setelah mengetahuinya, serta menutup
mata bila menyangkut hak orang lain.
Dari delapan
kelemahan utama Ras Adam, ternyata sifat sombong adalah kelemahan manusia yang
sangat berbahaya. Sifat inlah yang merupakan dosa awal makhluk, seperti yang
dilakukan iblis ketika membangkang perintah Allah untuk bersujud kepada Adam.
BAGIAN 3
ANALISIS BUKU
A.
KOMENTAR
PENYAJI
Saya mencoba
mengawali komentar buku ini dengan mencantumkan QS Al-Anbiyaa ayat 30:
“Dan
apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya.
Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka
tiada juga beriman”.
Buku
ini sangat analitik dan berani karena menyibak misteri tentang ras Adam di
Planet Bumi secara sains, Al-Qur’an dan hadits, benarkah dia nenek moyang
manusia, bagaimana diciptakannya, benarkah Adam dilahirkan, terbuat dari apa
tubuhnya, dimana lokasi penciptaannya dan sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan itu
dijawab dalam buku ini. Dan ayat yang penyaji kuitp merupakan inspirasi dari
analisis-analisis dan tafsir penulis buku ini.
Dalam
buku ini saya melihat penulis menjadikan Al-Qur’an sebagai inspirasi dalam
mengungkap misteri sains khususnya tentang Adam a.s. Dan bilamana Sains
tersebut dibantahkan oleh sains lain maka sains yang baru tersebut juga
merupakan pembuktian kebenaran Al-Qur’an. Analisis penulis dengan Al-Qur’an ini
merupakan sebuah informasi yang berharga bagi kita. Saya yakin penulis buku ini
sebetulnya ingin mengintegrasikan Sains dengan Al-Qur’an karena di setiap
pembahasan penulis selalu menjadika Al-Qur’an sebagai inspirasinya.
B.
KELEBIHAN
DAN KEKURANGAN BUKU
Buku ini
mempunyai banyak kelebihan baik dari segi penyajian bahasa maupun penyajian
sistematika penulisan. Kita bisa memahami buku ini secara urut karena
penulisnya sengaja menampilkan tulisan ini dengan sistematika yang baik-sesuai
dengan keingintahuan pembaca. Pembaca akan terus bertanya dari tulisan satu ke
tulisan berikutnya dan akan dijawab dalam tulisan berikutnya. Buku ini juga
dilengkapi dengan gambar dan ilustrasi-ilustrasi yang dapat memudahkan pembaca
dalam memahami isi buku. Buku ini mempunyai karakter yang unik dan berani.
Sangat cocok untuk mahasiswa yang berfikir kritis karena dalam buku ini akan
dijumpai beberapa statemen dan kesimpulan-kesimpulan yang mencengangkan terkait
Ras Adam sebagai nenek moyang manusia. Sebut saja bahwa sebelum Adam diciptakan
sudah ada makhluk yang menyerupa manusia yang kita ketahui fosil-fosilnya
sebagai manusia purbakala, Adam ternyata diciptakan di bumi kita ini ditempat
yang disebut surga –taman yang hijau dan luas-, dan lain sebagainya.
Kelemahan buku ini adalah
dalam pembahasannya terkadang meloncat-loncat sehingga bagi yang baru membaca
akan sedikit bingung sehingga perlu ketenangan dan ketelitian dalam membaca
buku ini. Meloncat-loncat dalam artian kita akan menemukan beberapa kesimpulan
ditengah-tengah pembahasan tetapi itu ternyata bukan kesimpulan sesungguhnya.
Jadi dalam membaca buku ini harus sampai kahir tulisan agar tidak menjadi
bingung dan miskonsepsi.