Mari Merangkul Alam
Oleh: Ayub Al Ansori *)
“Rangkullah alam seperti engkau memeluk kekasihmu. Kenali alam
seperti engkau mengenali anak dan keluargamu sendiri”. (Prof. Dr. Komaruddin
Hidayat).
Meski Hari Bumi sudah lewat sehari yang lalu tapi tidak membuat
luntur semangat saya untuk menulis catatan tentangnya. Sebetulnya kemarin saya
ingin sekali menulis dan berbagi namun kadang waktu tidak memberikan
kesempatannya. Saya terinspirasi dari kata-kata Prof. Komar di atas bahwa kita
harus merangkul alam seperti kita memeluk kekasih. Bagaimana tidak, bayangkan
saja –cukup dibayangkan bagi yang belum menikah- andai kita memeluk kekasih,
itulah kasih sayang kita kepadanya. Namun merangkul bukan hanya diartikan
memeluk tetapi lebih kepada menjaga dan melindungi. Penuh kasih sayang, menjaga
dan melindungi. Saya tidak hendak membahas soal kekasih hati tapi mencoba
menjadikan alam sebagai “kekasih hati”. Ya, menjadikan alam (lingkungan, bumi)
sebagai kekasih hati bukan musuh dan bukan pula untuk dimusuhi.
Hari Bumi mungkin sudah familiar di telinga kita. Sehingga pada
catatan ini saya tidak akan membahas sejarah dari Hari Bumi itu sendiri.
Seperti yang sudah ditulis diatas ada tiga poin agar kita benar-benar
memperingati Hari Bumi. Pertama, Kasih sayang terhadap alam. Kedua,
Membangun dan Melestarikan Lingkungan. Dan Ketiga, Melindungi dan
merawat alam. Baik, tiga poin itu yang harus kita lakukan dalam rangka
mempringati Hari Bumi. Sehingga Hari Bumi bukan hanya seremonial sehari, tetapi
ada sebuah upaya untuk bertindak lebih jauh untuk masa depan bumi yang kita
huni ini.
Kasih Sayang Terhadap Alam
Menurut Komaruddin Hidayat bahwa Alam
semesta sering disebut kosmos (cosmos, cosmetics, bukannya chaos) karena
senantiasa teratur, indah, bahkan memesona, seperti gadis yang selalu berdandan
dan menjaga penampilan agar tetap memesona dengan kecantikan alaminya (dalam
Bukunya Manusia
250 Wisdoms: Membuka Mata, Menangkap Makna). Alam yang begitu indah dan cantik musti kita kasih
sayangi. Sehinggga orang yang mencintai alam dan lingkungannya maka ia telah
mencintai dirinya sendiri dan orang lain. Bahkan Allah-pun mencintai
orang-orang yang mencintai lingkungan.
“….sesungguhnya Allah senang kepada orang yang
bertobat, dan senang kepada orang yang membersihkan diri.”
(Al-Baqarah, 1:222)
Maka kemudian, setelah kita
mencintai lingkungan maka akan terbangun sikap untuk Membangun dan Melestarikan
lingkungan. Poin kedua ini merupakan landasan Hablumminal’alam, hubungan
manusia dengan alamnya. Jadi, membangun
dan melestarikan lingkungan merupakan bagian integral yang tak terpisahkan.
Setelah terbangun kasih sayang terhadap lingkungan maka kita tidak akan sulit
untuk menanam pohon, membuang sampah pada tempatnya, tidak merokok di sembarang
tempat, tidak menebang pohon, tidak memaku baligo politik di pohon-pohon, tidak
merusak hutan sehingga terjadinya ketimpangan ekosistem dan penyusutan
keanekaragaman hayati.
Sebagai bukti kerusakan hutan tahun 2012 di Indonesia
mencapai 300 ribu hektare per tahun. Sedang kurun waktu 2006 - 2010 kerusakan
hutan mencapai 2 juta hektare per tahunnya (republika.co.id). Menurut Buen M. Purnama (Kepala
Badan Planologi Kehutanan), kondisi hutan di Indonesia menunjukkan keadaan yang
sangat mengkawatirkan. Hal ini ditandai dengan laju degradasi hutan yang terus
melaju di dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan. Dari data citra
satelit, kerusakan hutan itu antara lain disebabkan oleh pembukaan lahan baru
dan penebangan liar/illegal logging (tempo.com).
Untuk itu kita tidak hanya
bermodal kasih sayang, membangun dan melestarikan tetapi juga melindungi dan
merawatnya. Yang terkadang sulit bagi kita adalah melindungi dan merawat
lingkungan. Sebagai contoh, kita mudah menanam pohon, membunag sampah ke tempat
samaph tetapi kita akan kesulitan untuk menyirami dan merawatnya juga sulit
untuk membawa sampah-sampah yang penuh di rumah atau kampus ke tempat sampah
yang lebih besar untuk di daur ulang atau di bakar.
Saya teringat lirik lagunya Bang
Iwan Fals yang berjudul Tanam Siram Tanam:
“Tanam tanam tanam kita menanam
Tanam pohon kehidupan
Kita tanam masa depan
Tanam tanam tanam kita menanam
Jangan lupa disiram
Yang sudah kita tanam”
Lagu di atas mengajak kepada kita untuk
membangun dengan cara menanam pohon tetapi jangan lupa untuk kita rawat dan
jaga dengan menyiraminya. Sehingga ke depan akan tumbuh pohon-pohon yang kita
tanam. Dan dengan sendirinya akan melindungi anak cucu dan masa depannya.
Akhirnya menumbuhkan kasih sayang,
membangun, melestarikan dan merawat serta menjaga alam atau lingkungan adalah
kewajiban individual kita semua. Dan saat ini sudahkah anda sedekah pohon pada
bumi?. Semoga. Wallahua’lam Bisshowabi.
*) Penulis adalah Sekretaris Umum
DEMA IAIN Syekh Nurjati Cirebon Periode 2012-2013.