Catatan: Uub Ayub Al Ansori
DUA hari berturut-turut penulis bertemu bahkan berdialog dengan pendiri
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Cirebon, KH Ibrahim Rozi, pada momen yang
sama yaitu Konferensi Cabang (Konfercab) NU Kabupaten Cirebon. Pertama, pada
hari Jumat sekira pukul 16.00.
Hendaknya Pak Ib, sapaan akrab KH Ibrahim Rozi, ingin mengikuti gelaran
bahtsul masail, namun ternyata kegiatan tersebut dibatalkan karena tidak
terkondisikan dengan baik. Penulis sendiri sebetulnya tidak ada niatan untuk
mengikuti bahtsul masail, hanya ada keperluan dengan Bendahara NU, H Sholihin.
Kami ngobrol-ngobrol santai di ruang depan NU Center bareng rekan Mu’min dan
rekanita Jannah, ketua PC IPNU dan IPPNU Kabupaten Cirebon yang baru terpilih
pada Konfercab IPNU bulan Februari lalu. Begitupun penulis tidak tahu bahwa Pak
Ib ada di NU Center. Namun tahu-tahu Pak Ib keluar dari NU Center, penulis
kaget dan langsung sungkem. Penulispun langsung menanyakan kabar. Dan dijawab
bahwa kabar beliau baik dan sehat seperti kelihatannya. Lalu, Pak Ib dituntun
dan diantar oleh rekan Mu’min untuk pulang karena agenda bahsul masail mendadak
tidak dilaksanakan.
Penulis kaget, ternyata Pak Ib tidak ada yang jemput. Malah kata rekan
Mu’min tadi berangkat ke NU Center pun naik angkot. Salahsatu dari kami pun
harus ada yang mengantar beliau sampai rumah. Akhirnya penulis yang harus
mengantar beliau, karena rekan Mu’min mendadak dipanggil H Solihin. Dengan
menggunakan motor bebek tahun 2008-an milik Pak Yono, Ketua MWC NU Kecamatan
Plered yang kebetulan jadi panitia Konfercab NU, penulis mengantar pulang Pak
Ib ke rumahnya.
Dalam perjalanan dari Sumber hingga Plered, penulis sempat sedikit
berbincang dengan beliau. Terutama penulis penasaran kenapa tidak ada yang
mengantar atau menjemputnya. Ternyata alasannya tidak ada sopirnya. Padahal
beliau sudah niat sejak dapat undangan dari panitia, beliau akan menghadiri
bahsul masail di NU Center dan pembukaan konfercab di Susukan.
Dalam hati penulis merenung, di tengah banyaknya para kiai, mohon maaf, yang
memiliki mobil dan sopir untuk mengantar keperluan ke sana ke mari, penulis
yakin hanya segelintir yang mau menghadiri acara NU dengan naik mobil atau
kendaraan umum apabila mobilnya mendadak rusak atau tidak ada sopirnya.
“Diundangan acara bahsul masail dimulai jam 2. Saya tadi datang agak
terlambat. Nunggu di ruang rois. Dikira sudah dimulai eh malah dibatalkan.
Padahal bahsul masail itu sangat penting,” kata Pak Ib dalam perjalanan.
Penulis hanya menjawab singkat, “Enggih, Pak”. Sekira 30 menitan akhirnya
penulis sampai di depan rumah Pak Ib. Penulis pun diaturi untuk masuk, tapi
penulis menolak dengan halus karena masih ada kegiatan juga Pak Ib mesti
istirahat. Akhirnya penulis langsung pamit. Tidak lupa sungkem dan meminta doa.
Kedua kalinya penulis bertemu dengan Pak Ib di acara pembukaan Konfercab NU
di Susukan. Tepatnya setelah acara pembukaan selesai. Awalnya penulis sedang
menemani KH Asror Muhammad dan Dr KH Ahmad Najiyullah Fauzi Lc, keduanya
pengasuh dan guru penulis di Pondok Kebon Jambu juga Dr AKBP H Juhana Zulfan MM
,salahsatu direktur di lingkungan Polda Jabar yang juga sesama alumni untuk
bertemu dengan KH Ali Murtadlo di rumah. Setelah itu beliau-beliau pamit pulang
karena begitu banyak para pejabat dan Kiai di rumah Abah Ali, termasuk penulis
lihat juga ada Pak Ib bersama KH Hambali masih di dalam rumah Abah Ali.
Berturut-turut setelah bupati, para pejabat di Kabupaten Cirebon, ada HM
Luthfi, H Mustofa, dan Kang H Sukaryadi yang sempat foto bareng ditimpali tepuk
tangan para jurnalis, terlihat juga keluar Sekjen PBNU Ir H Helmy Faishal
Zaini, bersama para Kiai dan jepala Kemenag Kabupaten Cirebon. Semuanya pamit
dan pergi menggunakan mobilnya masing-masing dengan pengawalan banser NU.
Kemudian disusul Pak Ib dan KH Hambali keluar dari rumah Abah Ali.
Tanpa kawalan Banser, Pak Ib langsung menghampiri penulis di sebelah
gerbang. Penulis langsung menghampiri beliau dan sungkem. Sementara KH Hambali
menuju mobilnya. Ditemani sahabat Diki dari PMII kami bertiga ngobrol-ngobrol
sambil menunggu jemputan. Obrolan kali ini dibuka oleh beliau. “Wah ketemu lagi
ya” kata Pak Ib. Penulis menjawab, “Enggih Pak. Alhamdulillah. Oya, Pak Ib
dianter sama siapa ke sini?” Pertanyaan yang begitu saja terlontar mengingat
kejadian kemarin. Pak Ib menjawab “Tadi pagi diantar sama Zaenal (Dr H Zaenal
Abidin MSi, salah seorang mantan ketua PC IPNU Kabupaten Cirebon, cuma dia
balik lagi. Katanya ada rapat di kampusnya. Saya bilang tidak usah dijemput
lagi. “Nanti pulangnya bareng dengan Kiai Hambali,” kata Pak Ib sambil menunjuk
ke arah KH Hambali.
Pada kesempatan itu, penulis kenalkan juga Rekan Hasan Malawi, disusul rekan
Mu’min sebagai ketua PC IPNU yang baru. Kemudian rekan Rijal yang dikenalkan
oleh rekan Mu’min sebagai sekretarisnya. Pak Ib sungguh terlihat bahagia.
“Wah ini sih pernah main ke rumah ya” tunjuk pak Ib kepada Rekan Mu’min.
Ternyata beliau masih ingat. Memang beberapa kali rekan Mu’min penulis ajak
shilaturahim ke rumah beliau di belakang SMK Nusantara Plered. Tidak hanya
ngobrol, pada kesempatan itu kami pun foto-foto mumpung ada kesempatan.
Sebelum itu penulis menanyakan tentang pengalaman beliau dulu bergelut
dengan dunia intelektualisme dan gerakan IPNU di Jogja. Tentang rumah Colombo
16 yang dijadikan tempat berkumpul dan berdiskusinya anaka-anak IPNU.
“Ya. Ya. Saya masih ingat. Colombo 16 itu rumah Prof Tolhah Manshur. Beliau
pendiri IPNU secara nasional. Dulu saya sempat ikut diskusi-diskusi di rumah
beliau. Meski tidak sering. Karena saya dulu mesantren di Krapyak,” ungkap Pak
Ib.
Kemudian disusul beberapa pertanyaan dari rekan Hasan Malawi tentang sejarah
IPNU Cirebon dan soal Kongres/Muktamar III di Cirebon. Beliau menjelaskan
begitu gamblang. Ditimpali juga oleh rekan Mu’min yang mengatakan akan
shilaturahim nanti ke rumah Pak Ib bersama pengurus yang baru. Dengan
kesederhanaannya, Pak Ib begitu kelihatan semangat melihat kader-kader IPNU
Kabupaten Cirebon.
Kurang lebih 20 menit kami berbincang-bincang sambil menunggu mobil KH
Hambali keluar dari barisan parkir karena terhalang mobil yang parkir di
belakangnya. Akhirnya Pak Ib pamit dan kami pun mengantar beliau sampai
memasuki mobil. (*)
** Tulisan pernah dimuat dalam https://cirebonplus.com/berita/lebih-dekat-bersama-sosok-bersahaja-kh-ibrahim-rozi-semangat-mengabdi-sejak-masih-belia/
(28 Februari 2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar