Senin, 27 Februari 2017

Lebih Dekat Bersama Sosok Bersahaja KH Ibrahim Rozi, Semangat Mengabdi sejak Masih Belia

Catatan: Uub Ayub Al Ansori

DUA hari berturut-turut penulis bertemu bahkan berdialog dengan pendiri Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Cirebon, KH Ibrahim Rozi, pada momen yang sama yaitu Konferensi Cabang (Konfercab) NU Kabupaten Cirebon. Pertama, pada hari Jumat sekira pukul 16.00.

Hendaknya Pak Ib, sapaan akrab KH Ibrahim Rozi, ingin mengikuti gelaran bahtsul masail, namun ternyata kegiatan tersebut dibatalkan karena tidak terkondisikan dengan baik. Penulis sendiri sebetulnya tidak ada niatan untuk mengikuti bahtsul masail, hanya ada keperluan dengan Bendahara NU, H Sholihin.

Kami ngobrol-ngobrol santai di ruang depan NU Center bareng rekan Mu’min dan rekanita Jannah, ketua PC IPNU dan IPPNU Kabupaten Cirebon yang baru terpilih pada Konfercab IPNU bulan Februari lalu. Begitupun penulis tidak tahu bahwa Pak Ib ada di NU Center. Namun tahu-tahu Pak Ib keluar dari NU Center, penulis kaget dan langsung sungkem. Penulispun langsung menanyakan kabar. Dan dijawab bahwa kabar beliau baik dan sehat seperti kelihatannya. Lalu, Pak Ib dituntun dan diantar oleh rekan Mu’min untuk pulang karena agenda bahsul masail mendadak tidak dilaksanakan.

Penulis kaget, ternyata Pak Ib tidak ada yang jemput. Malah kata rekan Mu’min tadi berangkat ke NU Center pun naik angkot. Salahsatu dari kami pun harus ada yang mengantar beliau sampai rumah. Akhirnya penulis yang harus mengantar beliau, karena rekan Mu’min mendadak dipanggil H Solihin. Dengan menggunakan motor bebek tahun 2008-an milik Pak Yono, Ketua MWC NU Kecamatan Plered yang kebetulan jadi panitia Konfercab NU, penulis mengantar pulang Pak Ib ke rumahnya. 

Dalam perjalanan dari Sumber hingga Plered, penulis sempat sedikit berbincang dengan beliau. Terutama penulis penasaran kenapa tidak ada yang mengantar atau menjemputnya. Ternyata alasannya tidak ada sopirnya. Padahal beliau sudah niat sejak dapat undangan dari panitia, beliau akan menghadiri bahsul masail di NU Center dan pembukaan konfercab di Susukan.

Dalam hati penulis merenung, di tengah banyaknya para kiai, mohon maaf, yang memiliki mobil dan sopir untuk mengantar keperluan ke sana ke mari, penulis yakin hanya segelintir yang mau menghadiri acara NU dengan naik mobil atau kendaraan umum apabila mobilnya mendadak rusak atau tidak ada sopirnya.

“Diundangan acara bahsul masail dimulai jam 2. Saya tadi datang agak terlambat. Nunggu di ruang rois. Dikira sudah dimulai eh malah dibatalkan. Padahal bahsul masail itu sangat penting,” kata Pak Ib dalam perjalanan. Penulis hanya menjawab singkat, “Enggih, Pak”. Sekira 30 menitan akhirnya penulis sampai di depan rumah Pak Ib. Penulis pun diaturi untuk masuk, tapi penulis menolak dengan halus karena masih ada kegiatan juga Pak Ib mesti istirahat. Akhirnya penulis langsung pamit. Tidak lupa sungkem dan meminta doa.

Kedua kalinya penulis bertemu dengan Pak Ib di acara pembukaan Konfercab NU di Susukan. Tepatnya setelah acara pembukaan selesai. Awalnya penulis sedang menemani KH Asror Muhammad dan Dr KH Ahmad Najiyullah Fauzi Lc, keduanya pengasuh dan guru penulis di Pondok Kebon Jambu juga Dr AKBP H Juhana Zulfan MM ,salahsatu direktur di lingkungan Polda Jabar yang juga sesama alumni untuk bertemu dengan KH Ali Murtadlo di rumah. Setelah itu beliau-beliau pamit pulang karena begitu banyak para pejabat dan Kiai di rumah Abah Ali, termasuk penulis lihat juga ada Pak Ib bersama KH Hambali masih di dalam rumah Abah Ali.

Berturut-turut setelah bupati, para pejabat di Kabupaten Cirebon, ada HM Luthfi, H Mustofa, dan Kang H Sukaryadi yang sempat foto bareng ditimpali tepuk tangan para jurnalis, terlihat juga keluar Sekjen PBNU Ir H Helmy Faishal Zaini, bersama para Kiai dan jepala Kemenag Kabupaten Cirebon. Semuanya pamit dan pergi menggunakan mobilnya masing-masing dengan pengawalan banser NU. Kemudian disusul Pak Ib dan KH Hambali keluar dari rumah Abah Ali.

Tanpa kawalan Banser, Pak Ib langsung menghampiri penulis di sebelah gerbang. Penulis langsung menghampiri beliau dan sungkem. Sementara KH Hambali menuju mobilnya. Ditemani sahabat Diki dari PMII kami bertiga ngobrol-ngobrol sambil menunggu jemputan. Obrolan kali ini dibuka oleh beliau. “Wah ketemu lagi ya” kata Pak Ib. Penulis menjawab, “Enggih Pak. Alhamdulillah. Oya, Pak Ib dianter sama siapa ke sini?” Pertanyaan yang begitu saja terlontar mengingat kejadian kemarin. Pak Ib menjawab “Tadi pagi diantar sama Zaenal (Dr H Zaenal Abidin MSi, salah seorang mantan ketua PC IPNU Kabupaten Cirebon, cuma dia balik lagi. Katanya ada rapat di kampusnya. Saya bilang tidak usah dijemput lagi. “Nanti pulangnya bareng dengan Kiai Hambali,” kata Pak Ib sambil menunjuk ke arah KH Hambali.

Pada kesempatan itu, penulis kenalkan juga Rekan Hasan Malawi, disusul rekan Mu’min sebagai ketua PC IPNU yang baru. Kemudian rekan Rijal yang dikenalkan oleh rekan Mu’min sebagai sekretarisnya. Pak Ib sungguh terlihat bahagia.

“Wah ini sih pernah main ke rumah ya” tunjuk pak Ib kepada Rekan Mu’min. Ternyata beliau masih ingat. Memang beberapa kali rekan Mu’min penulis ajak shilaturahim ke rumah beliau di belakang SMK Nusantara Plered. Tidak hanya ngobrol, pada kesempatan itu kami pun foto-foto mumpung ada kesempatan.

Sebelum itu penulis menanyakan tentang pengalaman beliau dulu bergelut dengan dunia intelektualisme dan gerakan IPNU di Jogja. Tentang rumah Colombo 16 yang dijadikan tempat berkumpul dan berdiskusinya anaka-anak IPNU.

“Ya. Ya. Saya masih ingat. Colombo 16 itu rumah Prof Tolhah Manshur. Beliau pendiri IPNU secara nasional. Dulu saya sempat ikut diskusi-diskusi di rumah beliau. Meski tidak sering. Karena saya dulu mesantren di Krapyak,” ungkap Pak Ib.

Kemudian disusul beberapa pertanyaan dari rekan Hasan Malawi tentang sejarah IPNU Cirebon dan soal Kongres/Muktamar III di Cirebon. Beliau menjelaskan begitu gamblang. Ditimpali juga oleh rekan Mu’min yang mengatakan akan shilaturahim nanti ke rumah Pak Ib bersama pengurus yang baru. Dengan kesederhanaannya, Pak Ib begitu kelihatan semangat melihat kader-kader IPNU Kabupaten Cirebon.

Kurang lebih 20 menit kami berbincang-bincang sambil menunggu mobil KH Hambali keluar dari barisan parkir karena terhalang mobil yang parkir di belakangnya. Akhirnya Pak Ib pamit dan kami pun mengantar beliau sampai memasuki mobil. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Do'a

Adalah Engkau

Yang beri kekuatan

Sekaligus menghujamku

Dengan Qodo dan Qodar-Mu

Tuhan..............

Engkau ku percaya

Menjawab setiap do’a yang ku panjatkan

Ku menyanjung-Mu dengan butiran-butiran dzikirku

Kau tak goyah dengan Qodo-Mu

Ku merengek dengan untaian Wiridku

Kau terlampau tentukan Qadar-Mu

Ku serapi setiap lantunan ayat-ayat-Mu

Kau hanya beri aku harapan

Ku berontak dalam puji-puji doa’ku

Kau hanya menatapku dingin dengan ke-Maha Besaran-Mu

Ku menangis dan memaksamu dalam sujudku

Kau tertawa dengan segala ke-Maha Agungan-Mu

Apa mau-Mu Tuhan?

Aku yakin

Kau jawab “YA”, Kau beri yang aku minta

Kau jawab “TIDAK”, Kau akan berikan yang lebih baik

Kau jawab “TUNGGU” Kau akan beri yang terbaik

Untukku..........

Dengan keterbatasanku

Hanya satu, berikan padaku

“Ridhoilah aku sebagai Hamba-Mu yang terbatas

Wahai ALLAH, Tuhan yang Maha Tak Terbatas”