BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini banyak
masalah dalam proses pembelajaran di sekolah, lebih tepatnya di kelas, di mana siswa di tempatkan sebagai pendengar
setia saat guru menyampaikan konsep materi belajar. Sehingga siswa merasa bosan
dengan hanya duduk diam dan mendengarkan, seolah tidak ada waktu yang terpakai
untuk berfikir dan berkreasi seefektif mungkin. Pemahaman siswa akan konsep materi yang diajarkan
akan dirasa kurang begitu dimengerti karena siswa tidak merasakan betul apa
yang disampaikan guru di kelas dan ini dirasa tidak efektif dalam proses
pembelajaran. Berkenaan dengan itu Isriani (2012) mengemukakan bahwa guru bukan
hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hafalan, tetapi mengatur
lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar.
Saat ini
penting kiranya siswa mulai diberikan keluasan untuk mendapatkan pengalaman dan
pemahaman atas informasi yang diperoleh dari penemuan-penemuan atau
eksperimen-eksperimen yang mereka buat. Dan tentunya akan menambah rasa ingin
tahu dengan bersikap kritis terhadap sesuatu dari hasil penemuannya itu.
Mahanal (2009: 1-2) mengatakan bahwa mata
pelajaran biologi memungkinkan untuk menghubungkan antara teori dengan praktek
yang bersifat membangun pengetahuan peserta didik (konstruktivistik) terhadap
lingkungan sekitar, sehingga tujuan KTSP dimungkinkan dapat tercapai secara
maksimal. Menurut Permendiknas
RI no 22 tahun 2006 (dalam Mahanal, 2009) mata pelajaran Biologi dikembangkan
melalui kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif untuk menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar. Selanjutnya dikemukakan
juga bahwa permasalahan yang timbul adalah siswa tidak mampu menghubungkan apa
yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dipergunakan
atau dimanfaatkan.
Karena itu perlu adanya
suatu formulasi yang membawa siswa pada tingkat pemahaman yang lebih, dengan
waktu yang cukup, sesuai dengan waktu yang di gunakan untuk satu konsep
bahasan, demi tercapainya kurikulum yang sudah ditetapkan di sekolah juga
penggunaan media dan model yang tidak terlalu sulit dapat mempermudah siswa dan
guru dalam melaksanakan pembelajaran. Model pembelajaran yang dimaksud adalah model project based
learning, yang selanjutnya disebut pembelajaran berbasis proyek. Isriani dan Dewi (2012:
128) mengatakan bahwa model pembelajaran ini memiliki potensi yang besar untuk
memberi pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna bagi siswa Hasil penelitian di Amerika
memperlihatkan bahwa pembelajaran berbasis proyek telah menunjukkan hasil yang
memuaskan (Richmond & Striley, 1996 dalam Miswanto, 2011: 61).
Dalam hal ini pokok bahasan Pencemaran Lingkungan yang
notabene merupakan pokok bahasan berwawasan lingkungan, harus betul-betul dipahami
oleh siswa tidak hanya untuk ketercapaian kurikulum tetapi bagaimana siswa
secara sadar memahami untuk kemudian menjaga lingkungannya dari sesuatu yang
menjadi pencemar lingkungan itu sendiri. Ini akan dirasakan
siswa juga guru bila menggunakan Model Pembelajaran Kontekstual Berbasis
Proyek. Pembelajaran Kontekstual Berbasis Proyek ini lebih memusatkan pada
masalah kehidupan yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah,
mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi siswa dalam merancang sebuah proyek
yang kemudian akan mereka kerjakan dalam waktu yang sudah guru sediakan sesuai
dengan konsep yang diajarkan. Pada akhirnya siswa akan memahami konsep tersebut
(baca: Konsep Pencemaran Lingkunan) dengan proyek-proyek yang mereka lakukan.
Bertitik tolak dari uraian diatas dalam upaya
peningkatan pemahaman siswa dan kualitas pembelajaran juga pengajaran biologi
perlu mengubah paradigma lama bahwa guru adalah pengelola. Kegiatan mengajar
menggunakan hal yang tidak beroriantasi pada ”Bagaimana saya belajar (Tearcher
Conterend)” tetapi lebih kepada ”bagaimana saya membelajarkan siswa”. Sehingga dianggap
penting bagi peneliti untuk dilakukan penelitian tentang “Efektivitas Pembelajaran
Kontekstual Berbasis Proyek pada Konsep Pencemaran Lingkungan Di MAN Babakan
Ciwaringin”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana tingkat pemahaman siswa pada konsep
materi yang diajar dengan menggunakan Pembelajaran
Kontekstual Berbasis Proyek pada Konsep Pencemaran Lingkungan Di MAN Babakan
Ciwaringin?
2.
Bagaimana guru dan siswa menggunakan
media yang digunakan pada pokok bahasan yang diajar dengan menggunakan Pembelajaran Kontekstual Berbasis Proyek pada Konsep Pencemaran Lingkungan Di MAN Babakan
Ciwaringin?
3.
Bagaimana hasil yang diperoleh terhadap
kurikulum pada pokok bahasan yang diajar dengan menggunakan Pembelajaran Kontekstual Berbasis Proyek pada Konsep Pencemaran Lingkungan Di MAN Babakan
Ciwaringin?
4.
Adakah
perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan
menggunakan Pembelajaran Kontekstual Berbasis Proyek pada
konsep Pencemaran Lingkungan dengan yang tidak?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengkaji tingkat
pemahaman siswa pada konsep yang diajar dengan menggunakan Pembelajaran Kontekstual Berbasis Proyek pada Konsep Pencemaran Lingkungan Di MAN Babakan
Ciwaringin.
2. Untuk mengkaji guru dan siswa dalam menggunakan media yang digunakan pada konsep
materi yang diajar dengan menggunakan Pembelajaran
Kontekstual Berbasis Proyek pada Konsep Pencemaran Lingkungan Di MAN Babakan
Ciwaringin.
3. Untuk mengkaji hasil yang diperoleh terhadap
kurikulum pada konsep materi yang diajar dengan menggunakan Pembelajaran Kontekstual Berbasis Proyek pada Konsep Pencemaran Lingkungan Di MAN Babakan
Ciwaringin.
4. Untuk mengkaji perbandingan
hasil belajar siswa yang diajar dengan
menggunakan Pembelajaran Kontekstual Berbasis Proyek pada
konsep Pencemaran Lingkungan dengan yang tidak.
D. Manfaat Penelitian
Manfaaat penelitian ini adalah:
1. Menambah wawasan bagi guru dalam menggunakan Model
Pembelajaran Kontekstual Berbasis Proyek.
2. Guru dapat menggunakan Model Pembelajaran Kontekstual
Berbasis Proyek dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
3. Meningkatkan pemahaman siswa khususnya pada konsep
Pencemaran Lingkungan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1.
Belajar Dan Mengajar
A)
Belajar
Menurut Gage (dalam Isriani dan Dewi, 2012: 4) belajar didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah
perilakunya akibat suatu pengalaman. Skinner (dalam Isriani dan Dewi,
2012: 4) mengatakan belajar merupakan suatu proses adaptasi atau penyesuaian
tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Belajar juga dipahami sebagai
suatu perilaku, pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik.
Sebaliknya, jika ia tidak belajar, responnya menurun. Dengan demikian, belajar diartikan
sebagai suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respons. Hal
senada diungkapkan Isriani dan Dewi
(2012: 4) bahwa belajar pada dasarnya berbicara tentang tingkah laku seseorang
berubah sebagai akibat pengalaman yang berasala dari lingkungan.
Dari beberapa definisi belajar diatas tersirat bahwa agar terjadi proses
belajar atau terjadinya perubahan tingkah laku sebelum kegiatan belajar mengajar
di kelas, seorang guru perlu menyiapkan atau merencanakan berbagai pengalaman
belajar yang akan diberikan pada peserta didik dan pengalaman belajar tersebut
harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Aktifitas guru untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan
proses belajar siswa berlangsung optimal disebut dengan kegiatan pembelajaran.
Dengan kata lain pembelajaran adalah
proses membuat orang belajar. Guru bertugas membantu orang belajar dengan cara
memanipulasi lingkungan sehingga siswa dapat belajar dengan mudah, artinya guru
harus mengadakan pemilihan terhadap berbagai starategi pembelajaran yang ada,
yang paling memungkinkan proses belajar siswa berlangsung efektif dan efisien adalah dengan adanya tujuan dari belajar itu sendiri.
Menurut Sardiman A.M, 1986 (dalam Isriani dan Dewi, 2012: 5) tujuan belajar
adalah sebagai berikut:
a. Untuk mendapatkan pengetahuan
Ini ditandai dengan
kemampuan berpikir. Agar siswa berpikir maka harus ada interaksi antara guru
dan siswa baik berupa tatap muka ataupun tugas-tugas. Dengan demikian, siswa
akan berpikir dan mencari sumber-sumber pengetahuan dalam rangka memperka
pengetahuannya itu.
b. Penanaman konsep dan keterampilan
Penanaman konsep erat
kaitannya dengan keterampilan. Hal ini karean untuk merumuskan suatu konsep diperlukan
keterampilan baik jasmani maupun rohani.
c. Pembentukan sikap
Dalam hal menumbuhkan
sikap siswa baik sikap mental, perilaku dan kepribadian seorang guru harus
hati-hati dalam pendekatannya.
B) Belajar, Mengajar dan Pembelajaran
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan
mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Menurut Prof. Dr. H. Wahidin, M.Pd (dalam
Mata Kuliah Metodologi Penelitian) belajar adalah proses berpikir. Artinya belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa
kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi
segala hal yang guru lakukan di dalam kelas.
Menurut Moh. Uzer Usman (2010: 21) mengajar adalah membimbing kegiatan
belajar siswa sehingga ia mau belajar. Sementara itu pembelajaran adalah suatu
usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki
guru untuk mencapai tujuan kurikulum.
Jadi pembelajaran adalah suatu aktivitas yang
dengan sengaja untuk memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan untuk
tercapainya suatu tujuan yaitu tercapainya tujuan kurikulum.
Fungsi sistem pembelajaran ada tiga yaitu fungsi belajar, fungsi
pembelajaran dan fungsi penilaian. Fungsi belajar dilakukan oleh komponen
siswa, fungsi pembelajaran dan penilaian (yang
terbagi dalam pengelolaan belajar dan sumber-sumber belajar) dilakukan
oleh sesuatu di luar diri siswa (Isriani dan Dewi, 2012: 11). Sebenarnya belajar dapat saja terjadi tanpa pembelajaran namun
hasil belajar akan tampak jelas dari suatu pembelajaran. Pembelajaran yang
efektif ditandai dengan berlangsungnya proses belajar dalam diri siswa.
Seseorang dikatakan telah mengalami proses belajar apabila dalam dirinya terjadi
perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi
bisa dan sebagainya.
2.
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning)
Pembelajaaran Kontekstual
(Contextual Teaching Learning) atau CTL merupakan konsep pembelajaran
yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia
kehidupan nyata, sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan
kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari (Isriani dan Dewi, 2012:
62).
Dalam pembelajaran ini
tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik, dengan
menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Guru bukan hanya
menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hafalan, tetapi mengatur
lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar.
Mengutip pemikiran Zahorik
dalam Mulyasa (2003 dalam Isriani dan Dewi, 2012: 63) terdapat lima elemen yang
harus diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual, yaitu sebagai berikut:
A)
Pembelajaran harus memerhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh siswa
B)
Pembelajaran dimulai dari keseluruhan menuju bagian-bagiannya secara khusus
(dari umum ke khusus)
C)
Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman
D)
Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktikkan secara langsung apa-apa
yang dipelajari
E)
Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan pengetahuan
yang dipelajari.
3.
Pembelajaran Berbasis Proyek/Project Based Learning
Pembelajaran berbasis
proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru
untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek (Isriani
dan Dewi, 2012: 127). Menurut Mahanal (2009:
2) pembelajaran PBL secara umum memiliki pedoman langkah: Planning
(perencanaan), Creating (mencipta atau implementasi), dan Processing
(pengolahan). Selanjutnya dkemukakan bahwa PBL mendukung pelaksanaan KTSP untuk
mencapai tujuan pembelajaran biologi, mengingat PBL merupakan pembelajaran yang
komprehensif mengikutsertakan siswa melakukan investigasi secara kolaboratif.
PBL membantu siswa dalam belajar pengetahuan dan ketrampilan yang kokoh yang dibangun
melalui tugas-tugas dan pekerjaan otentik. Situasi belajar, lingkungan, isi,
dan tugas-tugas yang relevan, realistik, otentik, dan menyajikan kompleksitas
alami dunia nyata mampu memberikan
pengalaman pribadi siswa terhadap obyek siswa dan informasi yang diperoleh
siswa membawa pesan sugestif cukup kuat.
Menurut
Mahanal (2009: 3) pendekatan pembelajaran berbasis proyek didukung teori
konstruktivistik. Menurut aliran kontruktivisme (Djunaedatul dan Siti, 2008: 190), pelajar
sendirilah yang bertanggung jawab atas hasil belajrnya. Begitu juga mengajar
bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke murid, melainkan suatu
kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Ini sesuai
dengan Pembelajaran Berbasis proyek yang notabene lebih menekankan pada siswa
melakukan dan menemukan.
A) Karakteristik Pembelajaran Berbasis proyek
Menurut Thomas (2000,
dalam Isriani, 2012: 127-128) fokus pembelajaran terletak pada prinsip dan
konsep inti dari suatu disiplin ilmu, melibatkan siswa dalam investigasi
pemecahan masalah dan kegiatantugas-tugas bermakna yang lain, memberi
kesempatan siswa bekerja secara otonom dalam mengontruksi pengetahuan mereka
sendiri, dan mencapai puncaknya untuk menghasilkan produk nyata.
B) Prinsip-prinsip
Pembelajaran Berbasis Proyek
Sedikitnya ada lima
prinsip pembelajaran berbasis proyek menurut Thomas seperti dikutip Wena (2011,
dalam Isriani, 2012: 128), antara lain:
a. Prinsip Sentralisk
Prinsip sentralis
menegaskan bahwa kerja proyek merupakan esensi dari kurikulum.
b.
Prinsip pertanyaan pendorong
Prinsip ini merupakan external
motivation yang mampu menggugah kemandiriannya dalam mengajarkan
tugas-tugas pembelajaran
c.
Prinsip Otonom
Merupakan kemandirian
siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran .
d.
Prinsip Realistis
Prinsip mengatakan bahwa
proyek merupakan sesuatu yang nyata, bukan sepoerti di sekolah.
C) Keuntungan Pembelajaran
Berbasis proyek
Menurut Moursund seperti dikutip
Wena, 2011 (dalam Isriani, 2012: 130-131) beberpa keuntungan dari pembelajaran
berbasis proyek, antara lain sebagai berikut:
a. Increased motivation
Pembelajaran berbasis
proyek terbukti dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
b. Increased problem-solving
ability
Pembelajaran berbasis
proyek dapat meningkaatkan kemampuan memecahkan masalah, membuat siswa lebih
aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang bersifat komplek
c. Improved library research
skills
Dengan pembelajaran
berbasis proyek keterampilan siswa untuk mencari dan mendapatkan informasi akan
meningkat
d. Increased collaboration
Siswa dapat mengembangkan
dan mempraktikan keterampilan komunikasi dan kerjasama.
e. Increased
resource-management skills
Pembelajaran berbasis
proyek memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi
proyek dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan
untuk mnyelesaikan tugas.
D) Langkah-langkah mendesain
suatu proyek
Stienberg seperti dikutip
Wena, 2011 (dalam Isriani, 2012: 131-132) mengajukan enam strategi dalam
mendesain suatu proyek yangh disebut dengan The Six A’s of Designing Project,
yaitu sebagai berikut:
a. Authenticity (keautentikan)
b. Academic Rigor (ketaatan
terhadap nilai akademik)
c. Applied Learning (belajar
pada dunia nyata)
d. Active Exploration (aktif
meneliti)
e. Adult relationship
(hubungan dengan ahli)
f. Assesment (Penilaian)
Keenam langkah evaluatif tersebut dapat dijadikan pedoman
dalam merancang suatu bentuk pembelajaran berbasis proyek. Dengan mengacu pada
standar tersebut, pembelajaran berbasis proyek yang dilakukan oleh siswa lebih
bermakna bagi pemngembangan dirinya (Isriani dan Dewi, 2012: 132).
4.
Efektivitas
Efektifitas
merupakan faktor penting dalam pembelajaran. Pembelajaran yang efektif
merupakan kesesuaian antara siswa yang melaksanakan pembelajaran dengan sasaran
atau tujuan pemeblajaran yang ingin dicapai. Efektifitas adalah bagaimana
seseorang berhasil mendapatkan dan memanfaatkan metode belajar untuk memperoleh
hasil yang baik. Chong dan Maginson
(Slameto, 2003: 81 ) mengartikan “Efektifitas merupakan kesesuaian antara siswa
dengan hasil belajar”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa
efektivitas pembelajaran merupakan proses yang harus di lalui siswa untuk mencapai
hasil belajar.
Strategi yang paling efisien tidak selalu merupakan strategi yang efektif
(Isriani dan Dewi, 2012: 78). Artinya bila tujuan tercapai, masih harus dipertanyakan
seberapa jauh efektifitasnya. Suatu cara untuk mengukur efektivitas ialah
dengan jalan menentukan transferbilitas (kemampuan memindahkan) prinsip-prinsip
yang dipelajari. Kalau tujuan dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat
dengan strategi tertentu dari pada strategi lain, maka strategi itu efisien,
kalau kemampuan mentransfer informasi atau skill yang dipelajari lebih besar dicapai
melalui suatu strategi tetentu dibandingkan strategi yang lain, maka strategi
tersebut efektif untuk pencapain tujuan pembelajaran.
Dalam menciptakan kondisi belajar-mengajar yang efektif, Moh. Uzer
(2010:21) mengatakan sedikitnya ada lima jenis variabel yang menentukan
keberhasilan belajar siswa, sebagai berikut: a) Melibatkan siswa secara aktif,
b) Menarik minat perhatian siswa, c) Membangkitkan motivasi siswa, d) Prinsip
Individualitas, dan e) Peragaan dalam pengajaran.
B. Kerangka Berfikir
Menurut Prof. Dr. Sugiyono
(2008: 388) kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana
teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai
masalah yang penting.
Pada penelitian ini digunakan
kerangka berfikir asosiatif/hubungan dan komparatif/perbandingan yaitu:
1.
Jika pembelajaran menggunakan Pembelajaran Kontekstual
Berbasis Proyek, maka tingkat pemahaman siswa pada konsep Pencemaran Lingkungan Di MAN Babakan Ciwaringin akan tinggi
2.
Jika guru dan siswa
menggunakan media yang digunakan pada pokok bahasan yang diajar dengan menggunakan Pembelajaran Kontekstual
Berbasis Proyek pada Konsep Pencemaran Lingkungan Di
MAN Babakan Ciwaringin, maka efektivitannya tinggi
3.
Jika pembelajaran menggunakan Pembelajaran Kontekstual
Berbasis Proyek, maka hasil belajar siswa pada konsep Pencemaran Lingkungan Di
MAN Babakan Ciwaringin akan tinggi
4.
Karena eksperimen A menggunakan
Pembelajaran Kontekstual Berbasis Proyek, maka efektivitasnnya lebih tinggi dibandingkan dengan
eksperimen B dengan tidak menggunakan.
C. Hipotesis Penelitian
1.
Tidak ada peningkatan tingkat pemahaman siswa yang menggunakan pembelajaran
kontekstual berbasis proyek
2.
Pembelajaran tidak efektiv meski guru dan siswa menggunakan media dengan
menggunakan pembelajaran kontekstual berbasis proyek
3.
Tidak ada pengaruh yang tinggi terhadap hasil belajar siswa dengan
menggunakan Pembelajaran Kontekstual Berbasis Proyek
4.
Tidak ada perbedaan terkait tingginya efektivitas antara kelas eksperimen A
yang menngunakan Pembelajaran Kontekstual Berbasis Proyek dengan yang tidak.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan
di MAN Babakan Ciwaringin Cirebon pada semester ganjil tahun ajaran 2012/2013 pada tanggal 02 Agusstus 2012.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen berupa rancangan penelitian eksperimen semu (quasi) non
equivalent control group design yang
secara procedural mengikuti pola seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Prosedur
Eksperimen Non-equivalent Control
Group Design (Sugiyono, 2008: 116).
Kelompok 1
|
O1
|
X1
|
O2
|
Kelompok 2
|
O3
|
X2
|
O4
|
Keterangan:
O1,3 = pretes;
O2,4, = post test;
X1 = pembelajaran berbasis proyek
X2 =
pembelajaran konvensional
Dalam desain ini kelompok yang digunakan untuk penelitian
tidak dipilih secara random, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol
(Sugiyono, 2008: 116). Untuk mengetahui pengaruh kelompokeksperimen terhadap
kelompok kontrol adalah (O2 – O1) – (O4 - O3).
C. Populasi dan Sampel
Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa MAN Babakan Ciwaringin Cirebon tahun pelajaran
2012/2013. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa
kelas XI IPA MAN Babakan Ciwaringin Cirebon. Sampel ini dibagi menjadi dua
yaitu sebagai kelas eksperimen di
kelas XI IPA 1 dan 2 dan sebagai kelas
kontrol di kelas kelas XI IPA 3 dan 4.
.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen
penelitian untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini meliputi: 1) tes hasil
belajar (penguasaan konsep), 2) Kuisioner skala sikap terhadap lingkungan
hidup.
E. Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian dikumpulkan
pada semester ganjil setelah selesai
eksperimen tahun ajaran 2012/2013. Data penelitian ini berupa data kuantitatif
yang berupa: a) skor penguasaan konsep pencemaran lingkungan, dan b) skor sikap
terhadap lingkungan hidup.
F. Teknik Analisis Data
Data hasil
penelitian, yang menyangkut penerapan pembelajaran berbasis proyek pada materi
ekosistem dan pengaruhnya terhadap hasil belajar (penguasaan konsep, dan sikap terhadap
lingkungan hidup) menggunakan analisis Covarian (ANACOVA) dan dilanjutkan
dengan uji beda LSD (Sudjana, 1994 dalam Mahanal, 2009). Sebelum uji hipotesis,
dilakukan uji prasarat normalitas dan homogenitas data. Uji normalitas
menggunakan uji One- Sample Kolmogorov-Smirnov, sedangkan uji
homogenitas menggunakan Leven’s Test of Equality of Error Variances (Sudjana,
1994 dalam Mahanal 2009). Pengujian statistik dilakukan pada taraf signifikansi
0,5%.
Daftar Pustaka
Hardini, Isriani dan Dewi
Puspitasari. 2012. Strategi Pembelajaran Terpadu (Teori, Konsep dan
Implementasinya). Yogyakarta: Familia.
Mahanal, Susriyati, dkk.
2009. Pengaruh Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) pada Materi Ekosistem
terhadap Sikap dan Hasil Belajar Siswa SMAN 2 Malang. Malang: Jurnal Universitas Negeri Malang
Miswanto. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis
Proyek pada Materi Program Linier Siswa Kelas X SMK Negeri 1
Singosari.
Dalam Jurnal Penelitian dan Pemikiran Pendidikan. Tulungagung: STAIN
Tulungagung.
Munawaroh, Djunaidatul dan
Siti Khodijah. 2008. Pembelajaran Berbasis Konstruktivisme. Dalam Jurnal
Didaktika Islamika: Jurnal Kependidikan, Keislaman dan Kebudayaan. Jakarta:
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syahid.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Usman, Moh Uzer. 2010. Menjadi
Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar