Peran PMII dalam Menghadapi Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) 2015
Oleh :
Ayub Al Ansori *)
Dalam buku “Menuju
ASEAN Economic Community” bahwa pasar bebas ASEAN merupakan suatu wujud kesepakatan
dari negara-negara di Asia Tenggara untuk membentuk ASEAN Economic Community (AEC) yang direncanakan akan tercapai pada
tahun 2015. Dengan adanya AEC ini, diharapkan akan terjadi peningkatan arus
barang, jasa, investasi, tenaga yang terampil dan aliran modal antar negara di
Asia Tenggara sehingga nantinya dapat meningkatkan daya saing di pasar dunia.
Ya, pasar bebas
tersebut dinamai Asean Economic Community (AEC) atau kita mengenalnya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Pada intinya MEA ini nantinya memungkinkan satu negara
menjual barang dan jasa dengan mudah ke Negara-Negara
lain di seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi akan semakin ketat.
Sebelumnya penulis mencoba sedikit mengulas tentang Asean Community
2015. Apa itu ASEAN Community 2015? atau dalam bahasa Indonesia disebut Komunitas
ASEAN 2015. Apa hubungannya dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN?. Mungkin istilah ASEAN
Community 2015 atau Komunitas ASEAN 2015 masih asing bagi kita. Atau kita malah baru mendengararnya sekarang?.
ASEAN Community 2015 ini merupakan istilah
untuk organisasi negara-negara Asia
Tenggara. Sehingga Negara-Negara di Asia Tenggara akan ber "integrasi" menjadi sebuah
organisasi kawasan yang lebih solid dan maju, membangun kebersamaan untuk satu
tujuan (satu visi, satu identitas, satu komunitas), mendorong terciptanya kekompakan, kesejahteraan bersama, dan
saling peduli diantara Negara-Negara di Kawasan Asia Tenggara.
Perlu
kita ketahui bersama bahwa dasar terbentuknya Komunitas ASEAN 2015 sendiri ditopang oleh tiga pilar
utama yaitu Komunitas Politik dan Keamanan ASEAN; Komunitas Ekonomi ASEAN;
dan Komunitas Sosial dan Budaya
ASEAN. Yang akan kita bahas adalah Komunitas Ekonomi
ASEAN atau kita mengenalnya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Artinya,
bagaimana peran PMII dalam menghadapi MEA 2015 ini?.
Kondisi Mahasiswa/Pemuda Indonesia
Menurut laporan The Global Competitiveness Index
2012-2013 tentang daya saing global, Indonesia
menempati posisi ke-50 dari 144 negara di dunia dengan skor 4,4, atau turun 4
level dari tahun lalu yang berada di posisi 46. Data ini selaras dengan
realitas sumber daya manusia khususnya mahasiswa. Posisi mahasiswa sebagian besar banyak mengalami stagnasi dan
distorsi akibat disorientasi. Ditambah dengan perilaku individualis,
pragmatis, hedonis dan konsumtif. Sehingga mahasiswa kehilangan
elan vitalnya sebagai salah satu agent of change bagi kebangkitan bangsa dan negara.
Yang lebih ironis, di kawasan ASEAN saja, daya saing Indonesia
sendiri berada pada posisi ke 40, lebih baik dari Filipina di urutan 59 dan
Vietnam dengan rating 70, Laos 81, Kamboja 88 atau Myanmar di posisi 139.
Indonesia masih berada di bawah Thailand dengan rating 37, Brunei Darussalam di
posisi 26, dan Malaysia di peringkat ke 24. Data ini menunjukan posisi tawar
daya saing Indonesia sedikit mengkhawatirkan dibandingkan dengan negara
tetangga. Betapa bangsa besar ini masih kurang kompetitif dibandingkan dengan
negara tetangga yang secara defacto sumber daya manusia dan alamnya lebih sedikit daripada Indonesia.
Menurut
data Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 2013
lalu jumlah pemuda di Indonesia mencapai 62,6
juta orang, atau rata-rata 25 persen dari proporsi jumlah penduduk secara
keseluruhan. Berkaca pada data tersebut, kekuatan daya saing pemuda memegang
peran penting dan strategis membawa arah perjalanan bangsa, termasuk dalam
menghadapi peluang MEA 2015 yang sudah di depan mata. Pemuda dapat bertindak
nyata dan menjadi faktor kebangkitan bangsa. Sayangnya, dari sejumlah
indikator, daya saing pemuda belum menunjukkan potensi yang sebenarnya.
Dengan melihat data
tersebut di atas, lalu strategi apa yang harus dilakukan oleh kita sebagai
mahasiswa atau pemuda dalam menghadapi MEA 2015? Bagaimana peran PMII dalam
menghadapi MEA 2015?
PMII sebagai organisasi kemahasiswaan yang
bersifat independen dan akomodatif terbesar di Indonesia harus memiliki peran
aktif dalam menghadapi persaiangan yang sangat kompetitif di tahun 2015 nanti. Dengan memiliki kader yang terus
berkembang dan jaringan alumni yang tersebar, tentu PMII harus mampu menghadapi MEA 2015. Di Cirebon sendiri, harapannya kader PMII mampu menjadi kader yang kreatif, produktif dan inovatif. Mengingat persaingan MEA 2015 nanti tidak
hanya soal barang atau produk saja, akan tetapi
persaingan Sumber Daya Manusia (SDM). Para kader
PMII yang memiliki karakteristik nilai keislaman dan kebangsaan harus bisa
menempati beberapa sektor-sektor strategis yang berkategori The Leading Sector (pemerintahan, industri, akademik), sehingga
dapat mencapai cita-cita kemerdekaan Indonesia sebagaimana yang tercantum di
dalam tujuan organisasinya.
Kemudian kader PMII
Cirebon pun dituntut untuk memiliki life skill yang baik, khususnya dalam percakapan berbahasa asing. Karena siapapun investornya, mereka akan
membutuhkan pekerja yang fasih dalam berbahasa asing. Selain mengembangkan life skill, perlu
dikembangkan pula kreatifitas (soft skill) dalam hal produksi sehingga dapat
menciptakan produk dalam negeri yang siap bersaing dengan barang luar negeri. Disinilah
pentingnya mental entrepreneurship kader-kader PMII Cirebon.
Selain tetap menjaga
karakter keislamannya dan cakap berbahasa asing, penting juga pendidikan mental dan moral, untuk
mempersiapkan kader-kader PMII Cirebon yang jujur
dan tidak curang, serta siap mental untuk mengelola dana dalam jumlah banyak
maupun sedikit. Menanamkan sejak dini gerakan cinta dan beli
produk Indonesia yang bertujuan untuk menggugah rasa bangga
sekaligus mendorong masyarakat dalam menghargai, mencintai dan menggunakan
produk maupun jasa dalam negeri. Memperbanyak relasi atau teman untuk mempermudah mendapatkan informasi mengenai pekerjaan yang
diinginkan. Mencari inspirasi sebanyak mungkin dengan membaca, berdiskusi, mendengarkan radio, melihat film maupun
memperhatikan hal-hal yang ada di sekitar kita. Mengikuti seminar dan pelatihan, hal ini
diharapkan dapat melatih keterampilan dan kreatifitas. Berusaha menghasilkan karya yang unik dan
kreatif. Tidak harus benar-benar beda dengan yang lain, setidaknya mencoba
untuk mengaplikasikan prinsip ATM (amati, tiru dan modifikasi).
Kemudian secara
kultur – ideologis, PMII juga tidak dapat
dipisahkan dari NU karena PMII menjadikan aswaja sebagai Manhaj al-fikr dalam pergerakannya. Empat prinsip aswaja yang menjadi landasan gerak
PMII, yakni, tawasuth (moderat), tawazzun (seimbang), tasamuh (toleran), dan ta’adul (adil). PMII yang menjadikan prinsip keadilan
(ta’addul) sebagai salah satu ruh perjuangannya dengan cita-cita menciptakan
kondisi masyarakat yang adil dan makmur. Inilah yang harus PMII dorong agar pemerintah bersikap adil dalam
menentukan kebijakan-kebjakannya. Dan sudah
seharusnya PMII berperan aktif dan mendorong agar pemimpin Negara,
pemimpin daerah Provinsi dan Kota/Kabupaten ini dapat merealisasikan
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 dengan adil.
*) Penulis adalah Ketua 1 PC PMII Cirebon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar