Hentikan Eco-Terorisme Pemilu!
Oleh: Ayub Al Ansori *)
Perhelatan pesta demokrasi di Negara
kita sudah semakin dekat. 2014 merupakan tahun yang akan panjang dirasakan
dampaknya kedepan. Ada dua hal penting pada tahun 2014 ini yang tentunya banyak
berpengaruh tidak hanya pada tatanan sosial tetapi juga pada tatanan alam,
lingkungan hidup. Pemilu legislative yang akan digelar pada tanggal 9 April
2014 dan Pilpres pada tanggal 9 Juli
2014. Begitu KPU menjadwalkan.
Tentu dengan
kedua agenda besar tersebut akan menimbulkan bebrapa dampak sebelum apa yang
disebut pesta demokrasi itu berlangsung. Salah satunya adalah dampak kampanye
terhadap persoalan lingkungan hidup. Dalam hal ini saya ingin menggaris bawahi
ada beberapa prilaku para caleg dan bacapres yang bagi saya tidak mengenal
etika lingkungan. Yaitu berupa memasang sampah-sampah visual berupa baliho, spanduk dan
selebaran di pohon-pohon. Belum lagi
sisa paku yang menancap di pohon bekas pemasangan atribut kampanye mereka. Bagi saya ini sudah karut-marut. Bayangkan saja dalam satu pohon di
pinggir jalan bisa terdapat lebih dari lima buah paku atau kawat melilit.
Tindakan memaku pohon di luar negeri, merupak sebuah gerakan yang dikenal dengan eco-terorisme. Salah satu tindakan tersebut adalah Tree spiking atau kita kenal memaku pohon, merupakan salah satu taktik yang
digunakan oleh Eco-terorist dalam melancarkan aksinya.
Menurut laman Wikipedia, definisi eco-terorisme adalah “Eco-terrorism is a form of radical environmentalism,”. Begitu juga “The FBI’s definition includes acts of violence against property, which
makes most acts of sabotage fall in the realm of domestic terrorism, even if
they are not designed to induce terror, which is the dictionary definition of
terrorism.”.
Jadi pada
intinya memaku pohon adalah bentuk dari terorisme ekologi, dan pemakunya di
sebut teroris ekologi. Mengapa perilaku memaku atribut kampanye di pohon-pohon begitu mengkhawatirkan? Pemasangan atribut-atribut
kampanye ini jelas mengabaikan aspek keselamatan manusia dan lingkungan.
Pohon sebagai tempat pemasangan atribut kampanye,
iklan politik dan pengumuman lainnya jelas akan merusak pohon. Paku yang
menancap pada pohon berefek buruk terhadap perkembangan pohon, karena dapat
menyebabkan kematian sel dalam pohon terutama lapisan cambium, xylem
dan floem.
Karat pada paku bisa menyebabkan infeksi pada batang,
pengeroposan batang, pada jenis tertentu, seperti
palem-paleman, sehingga memicu pembusukan pada batang. Jika kita melakukan
pembiaran, maka akan semakin sulit bagi kita untuk mendapatkan oksigen hasil
penyerapan karbon dari pohon. Kita pun akan kehilangan peneduh jalan.
Kita membutuhkan pepohonan di perkotaan untuk kebutuhan
udara segar, penyeimbang kondisi lingkungan, penyerap air, meminimalisir resiko
banjir, peneduh jalan dan juga sebagai penunjang estetika kota. Pada saat musim
penghujan, genangan air pun semakin mudah kita jumpai meski hujan hanya turun
dalam satu jam. Belum lagi jika kita berbicara tentang keindahan kota yang
semakin semrawut.
Kita tahu Tuhan menciptakan alam berikut hukum-hukum kausalnya (law of nature).
Dengan hujan, Tuhan membuat tanah yang gersang dan tandus menjadi subur,
sehingga tumbuh berbagai tanaman. Namun, Tuhan mengingatkan, bila terjadi
kerusakan di muka Bumi, maka itu akibat ulah manusia sendiri.
Allah SWT. dengan tegas mengatakan dalam QS.
Ar-Ruum (30): 41.
“Telah tampak kerusakan di darat dan laut disebabkan perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan
mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar”.
Kita juga tahu dalam Islam ada prinsip yang sejalan dengan ayat di atas, prinsip "jangan merusak" (laa darara wa laa dirara), prinsip taskhir (wewenang
menggunakan alam guna mencapai tujuan penciptaan) dan prinsip istikhlaf (wakil
Tuhan di bumi yang bertanggung jawab, responsible trusteeship).
Islam adalah agama yang menuntut manusia untuk
menerapkan nilai-nilai keislaman yang menegaskan hubungan integral antara keimanan dan
lingkungan (seluruh semesta). Sehingga apa yang
ditakutkan oleh Alwi Shihab dalam bukunya Islam Inklusif bahwa saat ini
kita masih menganggap bahwa ajaran agama masih menempatkan alam dan lingkungan pada posisi yang lebih rendah dari manusia,
sehingga layak dipergunakan dan dimanfaatkan sekehendak manusia, tidak perlu terjadi dan kita sadar bahwa
manusia, alam dan lingkungan memiliki posisi pada tempat yang sama yaitu
kemuliaan di hadapan Tuhan.
Untuk itulah kita berkewajiban untuk menyampaikan pada politisi baik yang
bertarung di pileg amaupun pilpres agar tidak memasang atribut-atribut kampanye mereka
dengan cara memaku pohon. Andai mereka tak memedulikan seruan ini,
satu-satunya cara menghukumnya adalah dengan tidak memilihnya pada momen
pemilihan nanti. Paling tidak, ada dua alasan kenapa kita tidak boleh
memilih para perusak pohon itu.
Pertama, dengan memaku pohon mereka sudah merusak
pohon yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Atribut-atribut kampanye berupa
baliho dan poster di pohon-pohon tentu sangat merugikan kita. Pohon akan mudah
rusak dan tentunya akan membahayakan kehidupan. Bagaimana mungkin mereka mau mengayomi masyarakat jika belum
terpilih saja sudah merusak pohon dan membahayakan kita?
Kedua, sudah ada aturan mengenai mengenai perlindungan
pada pepohonan itu yaitu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Para politisi baik caleg maupun bacapres itu seharusnya tahu mengenai aturan ini. Mereka telah mengabaikan dan
melanggar aturan dengan tetap memasang atribut pada pohon. Apakah kita mau
dipimpin oleh orang-orang yang melanggar dan mengabaikan undang-undang dan
aturan demi ambisi kekuasaan?
Tidak memilih mereka tentu saja tidak menyelesaikan
masalah, tapi paling tidak kita telah menunjukkan bahwa kita punya hak dan
kedaulatan dalam memilih calon pemimpin dan wakil kita. Kita memilih mereka
yang peduli dan memandang kita sebagai warga negara, bukan sekadar angka dalam
statistik demokrasi.
Kita juga tak boleh berdiam diri melihat kerusakan
pohon yang telah terjadi. Mencabut paku-paku bekas atribut kampanye harus kita
lakukan, minimal yang ada di sekitar kita. Juga, mengajak orang-orang terdekat
kita untuk melakukan hal serupa, sedikit demi sedikit, perlahan-lahan demi
kebaikan kita bersama. Wallahua’lamu Bishshowabi.
* Tulisan pernah dimuat di Rakyat Cirebon Jawa Pos Grup.
*) Penulis adalah Koordinator Pelajar dan Santri Sadar Lingkungan (PESAN DARLING) Cirebon
Casinos in Malta - Filmfile Europe
BalasHapusFind the best nba매니아 Casinos in Malta https://octcasino.com/ including goyangfc.com bonuses, games, games and the history of games. We cover all septcasino the main reasons herzamanindir.com/ to visit Casinos in