Senin, 15 September 2014

Hentikan Eco-Terorisme Pemilu!

Hentikan Eco-Terorisme Pemilu!
Oleh: Ayub Al Ansori *)

Perhelatan pesta demokrasi di Negara kita sudah semakin dekat. 2014 merupakan tahun yang akan panjang dirasakan dampaknya kedepan. Ada dua hal penting pada tahun 2014 ini yang tentunya banyak berpengaruh tidak hanya pada tatanan sosial tetapi juga pada tatanan alam, lingkungan hidup. Pemilu legislative yang akan digelar pada tanggal 9 April 2014  dan Pilpres pada tanggal 9 Juli 2014. Begitu KPU menjadwalkan. 
Tentu dengan kedua agenda besar tersebut akan menimbulkan bebrapa dampak sebelum apa yang disebut pesta demokrasi itu berlangsung. Salah satunya adalah dampak kampanye terhadap persoalan lingkungan hidup. Dalam hal ini saya ingin menggaris bawahi ada beberapa prilaku para caleg dan bacapres yang bagi saya tidak mengenal etika lingkungan. Yaitu berupa memasang sampah-sampah visual berupa baliho, spanduk dan selebaran di pohon-pohon. Belum lagi sisa paku yang menancap di pohon bekas pemasangan atribut kampanye mereka. Bagi saya ini sudah karut-marut. Bayangkan saja dalam satu pohon di pinggir jalan bisa terdapat lebih dari lima buah paku atau kawat melilit.
Tindakan memaku pohon di luar negeri, merupak sebuah gerakan yang dikenal dengan eco-terorisme. Salah satu tindakan tersebut adalah Tree spiking atau kita kenal memaku pohon, merupakan salah satu taktik yang digunakan oleh Eco-terorist dalam melancarkan aksinya.
Menurut laman Wikipedia, definisi eco-terorisme adalah “Eco-terrorism is a form of radical environmentalism,”. Begitu juga “The FBI’s definition includes acts of violence against property, which makes most acts of sabotage fall in the realm of domestic terrorism, even if they are not designed to induce terror, which is the dictionary definition of terrorism.”.
Jadi pada intinya memaku pohon adalah bentuk dari terorisme ekologi, dan pemakunya di sebut teroris ekologi. Mengapa perilaku memaku atribut kampanye di pohon-pohon begitu mengkhawatirkan? Pemasangan atribut-atribut kampanye ini jelas mengabaikan aspek keselamatan manusia dan lingkungan.
Pohon sebagai tempat pemasangan atribut kampanye, iklan politik dan pengumuman lainnya jelas akan merusak pohon. Paku yang menancap pada pohon berefek buruk terhadap perkembangan pohon, karena dapat menyebabkan kematian sel dalam pohon terutama lapisan cambium, xylem dan floem.
Karat pada paku bisa menyebabkan infeksi pada batang,  pengeroposan batang, pada jenis tertentu, seperti palem-paleman, sehingga memicu pembusukan pada batang. Jika kita melakukan pembiaran, maka akan semakin sulit bagi kita untuk mendapatkan oksigen hasil penyerapan karbon dari pohon. Kita pun akan kehilangan peneduh jalan.
Kita membutuhkan pepohonan di perkotaan untuk kebutuhan udara segar, penyeimbang kondisi lingkungan, penyerap air, meminimalisir resiko banjir, peneduh jalan dan juga sebagai penunjang estetika kota. Pada saat musim penghujan, genangan air pun semakin mudah kita jumpai meski hujan hanya turun dalam satu jam. Belum lagi jika kita berbicara tentang keindahan kota yang semakin semrawut.
Kita tahu Tuhan menciptakan alam berikut hukum-hukum kausalnya (law of nature). Dengan hujan, Tuhan membuat tanah yang gersang dan tandus menjadi subur, sehingga tumbuh berbagai tanaman. Namun, Tuhan mengingatkan, bila terjadi kerusakan di muka Bumi, maka itu akibat ulah manusia sendiri.
Allah SWT. dengan tegas mengatakan dalam QS. Ar-Ruum (30): 41.
Telah tampak kerusakan di darat dan laut disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar”.
Kita juga tahu dalam Islam ada prinsip yang sejalan dengan ayat di atas, prinsip "jangan merusak" (laa darara wa laa dirara), prinsip taskhir (wewenang menggunakan alam guna mencapai tujuan penciptaan) dan prinsip istikhlaf (wakil Tuhan di bumi yang bertanggung jawab, responsible trusteeship).
Islam adalah agama yang menuntut manusia untuk menerapkan nilai-nilai keislaman yang menegaskan hubungan integral antara keimanan dan lingkungan (seluruh semesta). Sehingga apa yang ditakutkan oleh Alwi Shihab dalam bukunya Islam Inklusif bahwa saat ini kita masih menganggap bahwa ajaran agama masih menempatkan alam dan lingkungan pada posisi yang lebih rendah dari manusia, sehingga layak dipergunakan dan dimanfaatkan sekehendak manusia, tidak perlu terjadi dan kita sadar bahwa manusia, alam dan lingkungan memiliki posisi pada tempat yang sama yaitu kemuliaan di hadapan Tuhan.
Untuk itulah kita berkewajiban untuk menyampaikan pada politisi baik yang bertarung di pileg amaupun pilpres agar tidak memasang atribut-atribut kampanye mereka dengan cara memaku pohon. Andai mereka tak memedulikan seruan ini, satu-satunya cara menghukumnya adalah dengan tidak memilihnya pada momen pemilihan nanti. Paling tidak, ada dua alasan kenapa kita tidak boleh memilih para perusak pohon itu.
Pertama, dengan memaku pohon mereka sudah merusak pohon yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Atribut-atribut kampanye berupa baliho dan poster di pohon-pohon tentu sangat merugikan kita. Pohon akan mudah rusak dan tentunya akan membahayakan kehidupan. Bagaimana mungkin mereka mau mengayomi masyarakat jika belum terpilih saja sudah merusak pohon dan membahayakan kita?
Kedua, sudah ada aturan mengenai mengenai perlindungan pada pepohonan itu yaitu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Para politisi baik caleg maupun bacapres itu seharusnya tahu mengenai aturan ini. Mereka telah mengabaikan dan melanggar aturan dengan tetap memasang atribut pada pohon. Apakah kita mau dipimpin oleh orang-orang yang melanggar dan mengabaikan undang-undang dan aturan demi ambisi kekuasaan?
Tidak memilih mereka tentu saja tidak menyelesaikan masalah, tapi paling tidak kita telah menunjukkan bahwa kita punya hak dan kedaulatan dalam memilih calon pemimpin dan wakil kita. Kita memilih mereka yang peduli dan memandang kita sebagai warga negara, bukan sekadar angka dalam statistik demokrasi.

Kita juga tak boleh berdiam diri melihat kerusakan pohon yang telah terjadi. Mencabut paku-paku bekas atribut kampanye harus kita lakukan, minimal yang ada di sekitar kita. Juga, mengajak orang-orang terdekat kita untuk melakukan hal serupa, sedikit demi sedikit, perlahan-lahan demi kebaikan kita bersama. Wallahua’lamu Bishshowabi.

* Tulisan pernah dimuat di Rakyat Cirebon Jawa Pos Grup.
*) Penulis adalah Koordinator Pelajar dan Santri Sadar Lingkungan (PESAN DARLING) Cirebon

1 komentar:

  1. Casinos in Malta - Filmfile Europe
    Find the best nba매니아 Casinos in Malta https://octcasino.com/ including goyangfc.com bonuses, games, games and the history of games. We cover all septcasino the main reasons herzamanindir.com/ to visit Casinos in

    BalasHapus

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Do'a

Adalah Engkau

Yang beri kekuatan

Sekaligus menghujamku

Dengan Qodo dan Qodar-Mu

Tuhan..............

Engkau ku percaya

Menjawab setiap do’a yang ku panjatkan

Ku menyanjung-Mu dengan butiran-butiran dzikirku

Kau tak goyah dengan Qodo-Mu

Ku merengek dengan untaian Wiridku

Kau terlampau tentukan Qadar-Mu

Ku serapi setiap lantunan ayat-ayat-Mu

Kau hanya beri aku harapan

Ku berontak dalam puji-puji doa’ku

Kau hanya menatapku dingin dengan ke-Maha Besaran-Mu

Ku menangis dan memaksamu dalam sujudku

Kau tertawa dengan segala ke-Maha Agungan-Mu

Apa mau-Mu Tuhan?

Aku yakin

Kau jawab “YA”, Kau beri yang aku minta

Kau jawab “TIDAK”, Kau akan berikan yang lebih baik

Kau jawab “TUNGGU” Kau akan beri yang terbaik

Untukku..........

Dengan keterbatasanku

Hanya satu, berikan padaku

“Ridhoilah aku sebagai Hamba-Mu yang terbatas

Wahai ALLAH, Tuhan yang Maha Tak Terbatas”