REFLEKSI 1 TAHUN PEMERINTAHAN JOKOWI-JK
“MENUNTUT JANJI KAMPANYE JOKOWI-JK”
1 tahun sudah pemerintahan Jokowi-JK menahkodai negeri
kita, Indonesia. Kita masih ingat bagaimana Jokowi-JK berjanji saat kampanye pemilihan
Presiden danWakil Presiden dulu. Namun apakah janji yang mereka berdua koar-koarkan
kepada kita (rakyat Indonesia) sudah betul-betul terpenuhi?. 1 tahun pemerintahan
Jokowi-JK masih jauh dari harapan. Justru banyak terjadi pengkhianatan-pengkhianatan
terhadap amanah rakyat yang dilakukan pemerintahan Jokowi-JK. Apa buktinya?
Jokowi-JK tidak pro rakyat justru pro korporasi asing seperti
Cina. Terbukti beberapa proyek seperti tanggul laut, tol Sumatera, PLTU, merupakan
mega proyek korporasi asing. Indikasinya dengan meminjam utang keluar negeri untuk
pembangunan proyek-proyek tersebut dengan “menggadaikan” beberapa BUMN.
Perekonomian Negara kita semakin terpuruk, indikasinya
daya beli masyarakat terus menurun di tengah nilai tukar rupiah terhadap dolar
AS yang terus melemah hingga Rp. 13.400-14.000,- per 1 dolar AS.
Penyerapan angggaran di beberapa pos kementerian masih
rendah, tidak efektif dan tidak tepat sasaran. Ini menandakan pemerintahan Jokowi-JK
sangat lamban dalam menjalankan persoalan anggaran yang berdampak pada perekonomian
rakyat.
Kabut asap
Riau dan Kalimantan sangat menyengsarakan rakyat, banyak yang terkena penyakit ispa
dan sesak napas. Juga menimbulkan kecaman dari Negara tetangga. Jokowi-JK dan
Perusahaan yang diberi izin oleh pemerintah untuk menggunakan hak guna pakai lahan
hutan untuk sawit musti bertanggungjawab atas pembakaran yang mereka lakukan karena
tidak sesuai prosedur penggunaan lahan.
Negara kita swasembada
beras dan garam namun kenapa Jokowi-JK mesti import. Ini sangat merugikan rakyat
khususnya petani. Harga gabah dan garam di petani menjadi hancur. Lalu sudahkah
Negara kita betul-betul berdaulat jika masih tergantung kepada impor sedangkan
di negeri sendiri kebutuhan tersebut tercukupi?
Negara
mestinya menjamin hak beragama warganya. Pemerintah Jokowi-JK sangat tidak bisa
mengantisipasi gejolak rakyatnya khususnya konflik yang berbau Agama. Kasus Tolikara
dan Singkil seharusnya tidak terjadi jika Pemerintah Jokowi-JK bisa mengantisipasinya
lebih awal. Oknum-oknum pembakar Masjid di Tolikara dan Gereja di Singkil mestinya
segera diadili dan di hukum berat karena menimbulkan perpecahan bangsa.
Oleh karena itu,
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cirebon menuntut:
1. Tinjau ulang proyek infrastruktur yang berasal
dari pinjaman luar negeri,
2. Stabilkan nilai tukar rupiah,
3. Percepat serapan APBN,
4. Cabut izin perusahaan pembakar hutan,
5. Tolak import pangan dan wujudkan kedaulatan
pangan,
6. Wujudkan kedamaian beragama, Negara harus menjamin
hak beragama setiap warga Negara,
7. Usut tuntas kasus atas nama agama,
khususnya di Tolikara Papua dan Singkil Aceh.
Salam Pergerakan! Tangan Terkepal dan Maju ke Muka!
@pmiicirebon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar