Minggu, 11 Oktober 2015

Peran PMII dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015

Peran PMII dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015

Oleh : Ayub Al Ansori *)


Dalam buku “Menuju ASEAN Economic Community” bahwa pasar bebas ASEAN merupakan suatu wujud kesepakatan dari negara-negara di Asia Tenggara untuk membentuk ASEAN Economic Community (AEC) yang direncanakan akan tercapai pada tahun 2015. Dengan adanya AEC ini, diharapkan akan terjadi peningkatan arus barang, jasa, investasi, tenaga yang terampil dan aliran modal antar negara di Asia Tenggara sehingga nantinya dapat meningkatkan daya saing di pasar dunia.
Ya, pasar bebas tersebut dinamai Asean Economic Community (AEC) atau kita mengenalnya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Pada intinya MEA ini nantinya memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke Negara-Negara lain di seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi akan semakin ketat.
Sebelumnya penulis mencoba sedikit mengulas tentang Asean Community 2015. Apa itu  ASEAN Community 2015? atau dalam bahasa Indonesia disebut Komunitas ASEAN 2015. Apa hubungannya dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN?. Mungkin istilah ASEAN Community 2015 atau Komunitas ASEAN 2015 masih asing bagi kita. Atau kita malah baru mendengararnya sekarang?.
ASEAN Community 2015 ini merupakan istilah untuk organisasi negara-negara Asia Tenggara.  Sehingga Negara-Negara di Asia Tenggara akan ber "integrasi" menjadi sebuah organisasi kawasan yang lebih solid dan maju, membangun kebersamaan untuk satu tujuan (satu visi, satu identitas, satu komunitas), mendorong terciptanya kekompakan, kesejahteraan bersama, dan saling peduli diantara Negara-Negara di Kawasan Asia Tenggara.
Perlu kita ketahui bersama bahwa dasar terbentuknya Komunitas ASEAN 2015 sendiri ditopang oleh tiga pilar utama yaitu Komunitas Politik dan Keamanan ASEAN; Komunitas Ekonomi ASEAN; dan Komunitas Sosial dan Budaya ASEAN. Yang akan kita bahas adalah Komunitas Ekonomi ASEAN atau kita mengenalnya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Artinya, bagaimana peran PMII dalam menghadapi MEA 2015 ini?.

Kondisi Mahasiswa/Pemuda Indonesia
Menurut laporan The Global Competitiveness Index 2012-2013 tentang daya saing global, Indonesia menempati posisi ke-50 dari 144 negara di dunia dengan skor 4,4, atau turun 4 level dari tahun lalu yang berada di posisi 46. Data ini selaras dengan realitas sumber daya manusia khususnya mahasiswa. Posisi mahasiswa sebagian besar banyak mengalami stagnasi dan distorsi akibat disorientasi. Ditambah dengan perilaku individualis, pragmatis, hedonis dan konsumtif. Sehingga mahasiswa kehilangan elan vitalnya sebagai salah satu agent of change bagi kebangkitan bangsa dan negara.
Yang lebih ironis, di kawasan ASEAN saja, daya saing Indonesia sendiri berada pada posisi ke 40, lebih baik dari Filipina di urutan 59 dan Vietnam dengan rating 70, Laos 81, Kamboja 88 atau Myanmar di posisi 139. Indonesia masih berada di bawah Thailand dengan rating 37, Brunei Darussalam di posisi 26, dan Malaysia di peringkat ke 24. Data ini menunjukan posisi tawar daya saing Indonesia sedikit mengkhawatirkan dibandingkan dengan negara tetangga. Betapa bangsa besar ini masih kurang kompetitif dibandingkan dengan negara tetangga yang secara defacto sumber daya manusia dan alamnya lebih sedikit daripada Indonesia.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 2013 lalu jumlah pemuda di Indonesia mencapai 62,6 juta orang, atau rata-rata 25 persen dari proporsi jumlah penduduk secara keseluruhan. Berkaca pada data tersebut, kekuatan daya saing pemuda memegang peran penting dan strategis membawa arah perjalanan bangsa, termasuk dalam menghadapi peluang MEA 2015 yang sudah di depan mata. Pemuda dapat bertindak nyata dan menjadi faktor kebangkitan bangsa. Sayangnya, dari sejumlah indikator, daya saing pemuda belum menunjukkan potensi yang sebenarnya.
Dengan melihat data tersebut di atas, lalu strategi apa yang harus dilakukan oleh kita sebagai mahasiswa atau pemuda dalam menghadapi MEA 2015? Bagaimana peran PMII dalam menghadapi MEA 2015?
PMII sebagai organisasi kemahasiswaan yang bersifat independen dan akomodatif terbesar di Indonesia harus memiliki peran aktif dalam menghadapi persaiangan yang sangat kompetitif di tahun 2015 nanti. Dengan memiliki kader yang terus berkembang dan jaringan alumni yang tersebar, tentu PMII harus mampu menghadapi MEA 2015. Di Cirebon sendiri, harapannya kader PMII mampu menjadi kader yang kreatif, produktif dan inovatif. Mengingat persaingan MEA 2015 nanti tidak hanya soal barang atau produk saja, akan tetapi persaingan Sumber Daya Manusia (SDM). Para kader PMII yang memiliki karakteristik nilai keislaman dan kebangsaan harus bisa menempati beberapa sektor-sektor strategis yang berkategori The Leading Sector (pemerintahan, industri, akademik), sehingga dapat mencapai cita-cita kemerdekaan Indonesia sebagaimana yang tercantum di dalam tujuan organisasinya.
Kemudian kader PMII Cirebon pun dituntut untuk memiliki life skill yang baik, khususnya dalam percakapan berbahasa asing. Karena siapapun investornya, mereka akan membutuhkan pekerja yang fasih dalam berbahasa asing. Selain mengembangkan life skill, perlu dikembangkan pula kreatifitas (soft skill) dalam hal produksi sehingga dapat menciptakan produk dalam negeri yang siap bersaing dengan barang luar negeri. Disinilah pentingnya mental entrepreneurship kader-kader PMII Cirebon.
Selain tetap menjaga karakter keislamannya dan cakap berbahasa asing, penting juga pendidikan mental dan moral, untuk mempersiapkan kader-kader PMII Cirebon yang jujur dan tidak curang, serta siap mental untuk mengelola dana dalam jumlah banyak maupun sedikit. Menanamkan sejak dini gerakan cinta dan beli produk Indonesia yang bertujuan untuk menggugah rasa bangga sekaligus mendorong masyarakat dalam menghargai, mencintai dan menggunakan produk maupun jasa dalam negeri. Memperbanyak relasi atau teman  untuk mempermudah mendapatkan informasi mengenai pekerjaan yang diinginkan. Mencari inspirasi sebanyak mungkin dengan membaca, berdiskusi, mendengarkan radio, melihat film maupun memperhatikan hal-hal yang ada di sekitar kita. Mengikuti seminar dan pelatihan, hal ini diharapkan dapat melatih keterampilan dan kreatifitas. Berusaha menghasilkan karya yang unik dan kreatif. Tidak harus benar-benar beda dengan yang lain, setidaknya mencoba untuk mengaplikasikan prinsip ATM (amati, tiru dan modifikasi).
Kemudian secara kultur – ideologis, PMII juga tidak dapat dipisahkan dari NU karena PMII menjadikan aswaja sebagai Manhaj al-fikr dalam pergerakannya. Empat prinsip aswaja yang menjadi landasan gerak PMII, yakni, tawasuth (moderat), tawazzun (seimbang), tasamuh (toleran), dan ta’adul (adil). PMII yang menjadikan prinsip keadilan (ta’addul) sebagai salah satu ruh perjuangannya dengan cita-cita menciptakan kondisi masyarakat yang adil dan makmur. Inilah yang harus PMII dorong agar pemerintah bersikap adil dalam menentukan kebijakan-kebjakannya. Dan sudah seharusnya PMII berperan aktif dan mendorong agar pemimpin Negara, pemimpin daerah Provinsi dan Kota/Kabupaten ini dapat merealisasikan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 dengan adil.


*) Penulis adalah Ketua 1 PC PMII Cirebon

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Do'a

Adalah Engkau

Yang beri kekuatan

Sekaligus menghujamku

Dengan Qodo dan Qodar-Mu

Tuhan..............

Engkau ku percaya

Menjawab setiap do’a yang ku panjatkan

Ku menyanjung-Mu dengan butiran-butiran dzikirku

Kau tak goyah dengan Qodo-Mu

Ku merengek dengan untaian Wiridku

Kau terlampau tentukan Qadar-Mu

Ku serapi setiap lantunan ayat-ayat-Mu

Kau hanya beri aku harapan

Ku berontak dalam puji-puji doa’ku

Kau hanya menatapku dingin dengan ke-Maha Besaran-Mu

Ku menangis dan memaksamu dalam sujudku

Kau tertawa dengan segala ke-Maha Agungan-Mu

Apa mau-Mu Tuhan?

Aku yakin

Kau jawab “YA”, Kau beri yang aku minta

Kau jawab “TIDAK”, Kau akan berikan yang lebih baik

Kau jawab “TUNGGU” Kau akan beri yang terbaik

Untukku..........

Dengan keterbatasanku

Hanya satu, berikan padaku

“Ridhoilah aku sebagai Hamba-Mu yang terbatas

Wahai ALLAH, Tuhan yang Maha Tak Terbatas”